45. Lagi-lagi, Kamu Sama Dia.

235 68 88
                                    

    ¡Jangan lupa Voment¡
😁😁


-------------Happy Reading-----------

Kini, bulan sudah beralih. Itu artinya sudah sekitar 1 bulan aktivitas nya tidak ditemani Jovan lagi. Rasanya sangat singkat, namun terkadang terasa sangat panjang juga. Ah iya, 17 juni, apa kalian tahu? Hari ini adalah hari yang istimewa untuk Allesa.

"Allesa ...!"

Atensi Allesa beralih pada beberapa perempuan yang tengah berlari menghampiri nya. Mereka Hesul, Lily dan Fresia.

"Kenapa kemarin ga dateng? Sayang banget tau ga ikut nonton." Lily membuka suara begitu mereka sudah berhadapan.

"Iya, sekolah kita menang loh, cuman unggul satu point sih, tapi tetep aja sekolah kita menang." Fresia ikut menimpali.

Oh, kemenangan itu. Kemarin ada pertandingan basket antar sekolah, ya berita itu sudah menyebar. Dengan diketuai Kenaldi Rasendria dan anggota tim nya, mereka sukses memenangkan piala. Puluhan, atau mungkin ratusan siswa memposting kemenangan itu di status mereka. Entah itu di instagram atau di whatsapp. Sama saja.

"Kenapa ga dateng?" tanya Hesul.

"Hm ... Allesa ga enak badan, makanya ga dateng. Kamu dateng, Sul?" tanya Allesa.

"Ya, gua dateng. Awalnya sih gua nunggu lo, tapi karena lo ga dateng-dateng ya ... Jadi gua bareng mereka." Hesul menunjuk Lily dan Fresia menggunakan dagu.

"Maaf," ucap Allesa.

"It's okey. Santai aja." merangkul Allesa lalu membawa gadis itu menuju kelas, Hesul dan 2 perempuan di samping Allesa melanjutkan perbincangan sampai bel berbunyi.

Sebenarnya bukan Allesa tak mau datang di pertandingan itu, tapi kemarin ia terus saja mimisan, hingga membuat ia tak punya kesempatan untuk bersiap-siap. Lagi pula jika ia tetap memaksan kehendak, bisa saja saat di pertandingan ia kembali mimisan. Jadi tambah repot nantinya.

•••


Lapangan benar-benar ribut saat Istirahat kedua walau awan sudah menghitam. banyak yang berlarian menuju lapangan sekolah. Entahlah apa yang terjadi, yang jelas Hesul dan Allesa tidak mau tahu tentang itu.

Lebih baik mereka menyantap snancks yang tak habis saat istirahat pertama tadi. Lagi pula dari tempat mereka duduk---bangku didekat pembatas koridor---mereka masih bisa melihat apa yang terjadi dibawah sana.

"Sa, ga kebawah?" tanya Ken tiba-tiba berdiri di disamping mereka berdua.

"Ga." Allesa menggeleng.

"Ga kepo kenapa dibawah pada banyak orang?" tanya Balm. Lelaki itu menyandarkan pinggangnya di pembatas koridor.

"Emang dibawah kenapa?" tanya Hesul membiarkan snack ditanggan nya di makan San juga.

"Dari yang gua denger sih Jovan mau nembak Lisha," jawab Balm lalu mengalihkan atensinya kebawah tuk lihat gerombolan disana.

"Hah? Beneran?" Allesa terkejut. Bertanya pada siapa saja yang mendengar.

Kedikkan bahu acuh tak acuh, San menggeleng lalu berkata, "Kita liat aja nanti."

Seperti ratusan murid lainnya, Allesa dan Hesul ikut menatap gerombolan dibawah sana, menyaksikan apa yang akan terjadi dari koridor saja.

"Hoy, hoy! Tes, tes? Suara gua kedengeran kaga, ha?" itu suara Ari dari toa yang mungkin ia dapatkan di ruang perlengkapan sekolah.

"KEDENGERAN ...!" jawab serempak dari ratusan murid yang menyaksikan.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang