50. Aku Menunggumu

287 69 16
                                    

Harusnya aku ga up hari ini
Tapi aku ngebut ngetiknya supaya bisa ucapin makasih ke kalian yang udah do'ain aku waktu itu.

.
.

------------ Happr Reading -------------

Pagi-pagi, Sehun sudah berada dimeja resepsionis. Menandatangani surat pemberhentian rawat inap Allesa tanpa persetujuan yang lain. Setelah mengambil surat rujukan tadi malam dan menyelesaikan seluruh biaya administrasi, ia melangkahkan menuju kamar inap Allesa.

Tak sendirian sebenarnya, sebab di mobil ada bibi dan mamang yang menunggu. Di bagasi mobil ada tiga koper, miliknya, milik Allesa, dan milik bibi. Didalam tas kecil yang ada di dadanya terdapat 3 paspor untuknya, Allesa dan untuk bibi. Di tangannya terdapat plastik mahal yang didalamnya ada pakaian untuk Allesa nanti.

Begitu ia sampai didepan pintu ruang inap Allesa, Sehun mengintip sedikit dibalik horden yang tidak tertutup rapat. Ternyata, Allesa sudah bangun. Di depan gadis itu ada Hesul yang memegang handuk ditangannya.

Sehun menunggu, ia berdoa agar Hesul segera pergi, pergi mandi atau lainnya. Sekitar satu menit berlalu, Sehun terus mengamati secara hati-hati, hingga akhirnya Hesul berlalu memasuki bilik kamar Mandi. Sehun menghela nafas, lalu berterima kasih pada Tuhan karena sudah membantunya.

Tak menunggu lebih lama lagi, ia membuka knop pintu dengan hati-hati, membuat Allesa menatap terkejut padanya. Dengan cepat Sehun meletakkan jari telunjuk didepan bibir, menyuruh gadis itu untuk tetap tenang.

Ia berlari kecil menghampiri Allesa, lalu mencium kening gadis itu begitu ia sampai. Wajah gadis itu basah, sepertinya ia habis dari kamar mandi.

"Maaf, Jovan ga tau Allesa sakit kaya gini." Jovan mengucapkan dengan penuh penyesalan.

Ia duduk disisi brangkar, lalu meraih kedua tangan Allesa yang masih sedikit basah.

"Maaf, Jovan udah keterlaluan ama Allesa, Jovan jan- no-no Jovan bakalan tebus semua kesalahan Jovan sebisa mungkin." Jovan mengucapkan kalimat yang membuatnya merasa tertantang.

Allesa hanya menatap Jovan dengan sorot mata yang berbeda, mungkin hati gadis itu tak sepenuhnya percaya pada lelaki ini lagi. Akan sulit untuknya menjadi seperti sedia kala.

"Ayo ikut Jovan!" Jovan berdiri, lalu menarik lembut tangan Allesa.

"No. Allesa harus tetap disini." Tolak Allesa, ia manarik tangannya lalu membuang pandangan ke lain tempat.

Jovan tahu, Allesa pasti kecewa padanya, apalagi setelah semua yang ia lakukan pada gadis itu. Ia tahu, tak mudah untuk merelakan dan menjadi seperti dulu lagi.

Jovan menarik Kursi yang tak jauh darinya dengan pelan, lalu ia duduk disana agar kakinya tak lelah.

Tangannya terangkat, coba 'tuk raih lagi lengan Allesa. "Allesa tolong, kasih Jovan kesempatan buat Jovan nebus kesalahan Jovan. Tolong ... Ikut Jovan ...." Jovan sungguh-sungguh, suaranya terdengar begitu parau, kedua matanya menatap meminta belas kasihan pada Allesa.

Jujur, mau bagaimana pun, Allesa tak bisa menolak kehadiran Jovan atau Sehun di sisinya, sebab ia tak mau memaksakan kehendak yang malah membuat batinnya sakit sebab ulah sendiri.

Allesa menghela nafas, lalu mencoba tersenyum setulus mungkin pada lelaki yang selama ini ia rindukan. "Kita bakalan pergi kalo Hesul udah keluar dan keluarga Allesa udah dateng. Satu lagi, kalo administrasi udah Allesa bayar." Allesa tersenyum. Jujur ia bahagia melihat Jovan seperti berjuang untuknya.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang