Males revisi
.
.------------------- Happy Reading ------------------
Allesa dan Jovan sekarang tengah bersantai di ruangan tv lantai 2, mereka sibuk sendiri. Jovan dengan kartun di televisi, dan Allesa dengan smartphone di tangannya.
"Oh iya Van." terbesit satu pertanyaan diotak Allesa, membuatnya ngebet ingin bertanya. "Jennie dah ga perawan lagi ya?" tanya Allesa menatap lelaki disampingnya.
Laki-laki itu menatap Allesa disampingnya. Tumben-tumbenan ia menanyakan orang lain.
"katanya sih iya. Kamu dapat berita dari mana?"
"Tadi ada yang ngomong gitu depan Allesa," jawab Allesa diangguki Jovan. "Oh iya, ga perawan itu apa?" sambungnya membuat Jovan kaget sambil menatapnya.
"Hah? Apa?" tanya lelaki itu memperjelas.
"Ga perawan itu apa?" ulang Allesa.
Jovan menatap Allesa tak percaya, tapi tak dipungkiri kalau Allesa memang benar-benar tak tahu. Mengingat, perempuan itu belum satu tahun pindah ke Indonesia.
"ekhem." Jovan berdeham guna menetralkan dirinya. "Ga perawan itu berarti kehormatan si perempuan itu udah ga ada," jelas Jovan sesingkat-singkatnya.
"Ooh gitu."
Tak ada lagi pembicaraan, keduanya kembali sibuk dengan dunia mereka sendiri. Terlihat bosan, Allesa meletakkan smartphonenya ke atas meja. Lalu ikut menonton karakter kuning kotak di televisi.
Melihat Allesa yang juga menonton televisi, Jovan yang tadinya duduk memilih merebahkan dirinya dengan berbantal paha Allesa.
Allesa tak protes, karena yang seperti ini sering terjadi.
Dert... Dert...
Smartphone Allesa berdering, membuat Jovan meraihnya dan memberikannya pada Allesa.
Bibi Yoon.
Nama itu tertera dilayar, bukan panggilan seluler, melainkan panggilan dari whatsapp. Kening Allesa mengerut, tumben-tumbenan Bibi nya itu menelepon.
"Bibi Yoon, kenapa menghubungi?" tanya Allesa diawal percakapan, tentu ia berbicara dengan bahasanya.
"...."
"Apa?" Allesa terkejut.
Jovan diam-diam mendengarkan, ia sedikit mengerti apa yang 2 perempuan itu bicarakan, pasalnya dulu ia pernah menetap di korea. Memang dia tak mengerti betul pembicaraan Allesa, tapi ia mengerti inti setiap percakapan itu.
"Kakek." itu adalah kata terakhirnya sebelum panggilan itu berakhir.
Allesa berdiri, tentu ia tidak lupa dengan kepala Jovan di pangkuannya, namun karena panik, ia tetap berdiri lalu dengan cepat pergi ke kamarnya, melupakan Jovan yang jatuh dibawah sana.
Allesa bergegas, ia mengambil kopernya lalu menyiapkan pakaiannya dan memasukkannya kedalam koper. Ia harus segera berangkat ke Korea.
"Kenapa Beb? Ko packing baju?" tanya Jovan yang baru datang, lalu lelaki itu menghempaskan dirinya di tempat tidur empuk Allesa.
"Allesa harus ke Korea secepatnya, Kake Allesa kritis," jawab Allesa masih berkutat dengan pakaian dan kopernya.
"Hah? Jadi Allesa mau ke Korea. Ninggalin Jovan disini? Ga boleh! Jovan ga boleh ditinggal! Jovan mau ikut!" ucap Jovan duduk ditempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
Fanfiction[Սptսժet ժi malam kamis ataս malam jսm'at] Cօverոყa jan ժicօlօոց ყa, itս akս ხikiո seոժiri გგ __________________________________________________ Apapun bisa terjadi karena adanya kasih sayang dan cinta. Allesa, siswi baru yang mengubah segalanya dar...