31. Tregedi

280 82 78
                                    

Jan lupa voment ya sayank

.
.

------------------ Happy Reading -------------------

Sehun bingung, ia sudah berada di parkiran sekolah sedari tadi. 7 menit lewat 49 detik sudah ia menunggu Allesa. Namun, yang ditunggu tak datang-datang.

Secara logika, harusnya Allesa yang menunggu lama dirinya. Karena saat ia datang, bel sudah berbunyi lebih dari 10 menit. Kendaraan yang terparkir disini pun tinggal sedikit. Jika dihitung, tidak sampai sepuluh buah.

Sehun mengirimkan puluhan pesan berantai lewat whatsapp. Namun sayang, terakhir kali Allesa membuka whatsapp adalah jam 8 pagi tadi. Tanda centangnya pun hanya satu. Berarti, hanya sedikit harapan untuk Allesa membuka pesan berantainya sekarang.

Sehun mencoba menelpon lewat nomor handphone Allesa-Panggilan seluler-karena hanya itu yang memiliki harapan besar Allesa akan mengangkat Panggilan darinya.

Sisa pulsa yang anda miliki adalah senilai Nol rupiah. Tut...

"Akh...! Tai! Pas lagi kaya gini malah gada pulsa! Syukur hp baru! Kalo nggak, udah gua banting lu!" ucapnya sarkas prustasi menghawatirkan Allesa.

Bruk...

Entahlah, sengaja atau tidak sengaja. Yang pasti Sehun membanting iPhone 11 pro nya hingga membemtur tembok di belakangnya.

Sehun berlalu dari sana, meninggalkan handphone yang baru saja ia beli 3 minggu 6 hari yang lalu dengan lecet di ujung body dan dalam keadaan tergeletak di tanah. Tak penting barang mahal itu, karena baginya yang terpenting adalah Allesa. Yap Allesa, semahal apapun handphone nya, tak cukup berharga dibandingkan gadisnya itu. Gadisnya?

Pencarian awal dimulai dari toilet perempuan. Kenapa toilet perempuan? Ya kan ga mungkin Allesa ke WC laki-laki, heboh yang ada ntar.

"AAAA!"

"Kampret Lu, main teriak-teriak aja. Lu kira gua jenglot ha?" ucap Sehun kesal.

"Bukan jenglot, tapi mas ganteng. Mas, aku kaget nih, kasih nafas buatan dong." pinta perempuan yang berdiri di depan pintu masuk area toilet.

"Apaan sih? Ga jelas. Kebanyakan nonton senetron azab lu. Udah, minggir-minggir!" usir Sehun meminta jalan yang dihalangi perempuan itu.

Ada 6 toilet dan 2 kamar mandi disini. Oh iya, tentunya dilengkapi cermin dan wastafel yang dipasang di dinding. Tapi sebenarnya, itu semua tidak penting, tujuan ditulisnya pun hanya untuk menyombongkan sekolah kalau di sekolahan mereka punya fasilitas lengkap😎.

Sekali lagi itu tak penting. Yang terpenting sekarang adalah, Sehun menatap setiap pintu disana. Tak ada yang tertutup, semuanya terbuka. Itu berarti tak ada Allesa ataupun siswi lainnya disini, terkecuali untuk perempuan dibelakang Sehun sekarang. Dia Ela. Masih ingat dengan Ela?

"Gada siapa-siapa lagi Mas, cuman kita berdua ko," ucap Ella mengedipkan sebelah matanya. Ting.

"Hiih, geli gua," ucap Sehun jijik mengedikan bahunya sebelum akhirnya ia menepis tangan Ela yang menghalangi jalan dan pergi dengan cepat dari sana.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang