Bagian 11 : Keanehan Di Pesantren Al-Faaz

4.2K 217 25
                                    

Aku baru saja turun dari mobil. Begitu kaki ini menginjak tanah pesantren Al-Faaz, rasanya kakiku langsung gemetaran. Sontak aku teringat perkataan temanku, Radhia, dia bilang pesantren sangatlah mengerikan.

“Aysha, kamu kenapa? Kok pucat?” tanya Reyhan padaku. Mungkin dia melihat bibirku yang memutih karena ketakutan. Atau dia juga tau bahwa aku sedang gemetaran sekarang.

“Gak kok. G-gue cuma—”

“Santai saja, Aysha, ada saya.” Reyhan lalu menggenggam tanganku.

Bukannya tenang, aku malah semakin gugup.

“Lo ngapain, sih, Mas. Gue yang ada makin gugup!” sentakku padanya. Dia malah senyum kecil padaku, dasar aneh!

“Tidak apa-apa, supaya kamu tidak merasa sendirian.”

“Assalaamu'alaikum, masyaAllah, Gus Reyhan?”

Aku melihat seorang gadis berkerudung abu-abu, dengan temannya yang mengenakan kerudung warna biru datang menghampiri Reyhan. Mereka berdua tampak sumringah, seperti orang yang sangat bahagia melihat Reyhan.

“Wa'alaikumussalaam warahmatullah,” jawab Reyhan ramah.

“Gus Reyhan baru sampai? Mau ketemu sama Kiai Yusuf?”

Reyhan hanya mengangguk kecil, ia lalu menggandeng tanganku berjalan masuk ke sebuah pondok. Mungkin itu rumah orang tuanya.

“Gus Reyhan!”

Aku dan suamiku berbalik. Dua gadis tadi tersenyum-senyum tidak berhenti. Aku mendengkus sebal, kenapa genit sekali.

“Apa ini saudara Gus Reyhan yang mau mondok juga di sini?” tanya salah satu dari mereka. Dia gadis berkerudung abu-abu. Sejak tadi, dia memang banyak sekali tanya, sok akrab, batinku.

“Ah, kenalkan, ini istri saya. Namanya Rumaysha.”

“Astaghfirullah! I-Istri?”

Aku mengerutkan kening, kenapa mereka berdua bisa kompak begitu. Keduanya sama-sama kaget bukan main mendengar Reyhan memperkenalkan aku.

“Permisi, ya. Saya dan istri saya mau ke dalam dulu,” ujar Reyhan kemudian membawaku masuk.

Aku menarik ujung pakaian Reyhan sambil berbisik-bisik padanya. “Sstt....”

“Ada apa, Aysha?”

“Emang orang-orang di sini belum tahu kalau lo udah nikah, Mas?”

Reyhan dengan santainya menggeleng.

“Hah?”

“Iya, karena saat itu Abi sedang umrah.”

“Lho kok bisa gitu, Mas? Kesannya gue kayak beneran asing  banget dong di keluarga lo?”

“Tidak, Aysha. Saya memang berniat membawa kamu, memperkenalkan kamu. Hanya saja waktunya malah jadi lebih cepat. Maafkan saya, ya.”

Aku menggigit bibir. Kalau begini, aku jadi lebih gugup lagi.

“Ya udah lah, mau gimana lagi. Tapi gue gak mau banyak omong ya. Gue diem aja pokoknya nanti.”

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang