Saat Reyhan memegang tanganku, jantungku makin berdegup kencang. Sejak tadi aku sudah gemetaran, sebab kejadian menjengkelkan karna pertemuan dengan Aksara si psikopat amatiran.
Seharusnya aku dapat menahan diri di hadapan Reyhan untuk tidak melontarkan kata-kata kasar sepuasnya. Meski menyesal karena Reyhan, tapi aku tidak menyesal sama sekali terhadap Aksara. Untungnya saat itu juga Reyhan memberikan jawaban yang membuat pria itu tertohok tak berdaya.
"Jangan dipikirkan, kita akan bicara begitu sampai rumah, ya," kata Reyhan dengan lembut padaku.
"Em, ya ... maaf, ya, Mas." Aku menunduk.
"Kenapa minta maaf?"
"Karena aku salah," jawabku.
"Hem, salah apa kalau boleh tahu?"
Aku menatap Reyhan dengan tatapan sendu. "Banyak. Mulai dari keluar rumah dan menyusul Mas ke pondok. Lalu, aku juga...."
Aku tak sanggup berterus-terang tentang aku yang mengintip pembicaraan Reyhan dan Radhia tadi di halaman belakang pondok.
Reyhan malah tersenyum padaku. "Karena kamu mengintip aku dan Ahmad, bukan?"
Seketika aku tercengang. "Kok kamu tahu, Mas Rey?"
Reyhan lalu merogoh saku jaketnya. "Ini punya kamu, kan?"
Mataku membulat melihat ponselku ada pada Reyhan. "Kok bisa ada di kamu, Mas?"
"Hem," sahut Reyhan hanya berdehem lalu memberikan ponsel itu padaku.
"Mungkin terjatuh saat kamu lari-lari, Sayang," lanjutnya.
Benar, itu pasti jatuh saat aku berlari karena takut ketahuan oleh Reyhan.
Bagaimana ini, kalau sudah begini berarti aku memang terlanjur ketahuan. Lalu tidak ada gunanya aku menyembunyikan semuanya, kan. Apa aku jujur saja, tapi aku takut Reyhan marah.
Aku melihat Reyhan hanya fokus melihat jalan sambil tangannya yang terus menggenggam ku.
"Maafin aku, ya, Mas. Aku nggak bermaksud nguping," kataku dengan nada menyesal.
Reyhan tidak menjawab, dia hanya mengelus puncak kepalaku.
Aku jadi tidak enak, aku benar-benar takut kalau Reyhan kecewa padaku. Ini semua karena aku yang ceroboh. Tapi, biar bagaimanapun Reyhan juga harus menjelaskan tentang Radhia, padaku, kan.
"Kita ngobrol saat sudah di rumah saja, ya."
Aku mengangguk mengiyakan.
***
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalaam."
Ayah menyambut kedatanganku bersama Reyhan. Kelihatannya ayah cemas.
"Aysha! Kenapa ponsel kamu nggak bisa di hubungi?"
"A-anu...." Aku tergagap.
"Maaf Ayah, tadi ponsel Aysha sepertinya lowbat," jawab Reyhan.
Aku menghembuskan napas berat. Aku harus banyak belajar cara mengendalikan emosi di berbagai situasi darinya. Lihatlah, Reyhan selalu bisa bersikap tenang bahkan dalam kondisi genting. Apa mungkin karena dia seorang pria, sehingga bisa lebih mengendalikan dirinya. Tapi kulihat banyak juga pria yang ceroboh, emosional, berbeda dengan Reyhan.
"Oh begitu rupanya. Untungnya kamu mengabari ayah kalau Aysha tidak buat masalah di sana, Rey, ayah jadi tenang," ujar Ayah. Kelihatan sekali Reyhan selalu bisa membuat ayah yang begitu cemas langsung berubah jadi lebih tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/265487553-288-k35222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...