Bagian 46 : Jodoh Pilihan Allah

903 41 2
                                    

Kelembutan Reyhan mengelus pipi Rumaysha membuat wanita yang tengah sendu itu pun tersenyum dengan bulir bening mengalir di pipi cantiknya.

Tatapan mata Reyhan terasa meneduhkan. Rumaysha menghela napas sebelum akhirnya memeluk suaminya.

"Aku pengen liat kamu versi kecil, versi mungil, versi cantik dan gantengnya kamu dengan perpaduan wajahku sebagai ibunya." Suara Rumaysha bergetar membuat Reyhan mendesah lambat.

"Sayang." Reyhan mengangkat dagu istrinya dengan penuh perasaan. "Coba lihat aku," pintanya sebab Rumaysha malah mengalihkan wajahnya.

Rumaysha menggeleng pelan.

"Coba lihat aku dulu, hem."

Akhirnya Rumaysha menatap Reyhan dengan wajah yang basah dipenuhi air mata kesedihan. Membayangkan kesedihannya takkan bisa digambarkan jika benar ia tak dapat mengandung karena penyakitnya.

"Aku minta maaf, ya, Mas Rey," kata Rumaysha, ia tercekat saking tak kuasa menahan rasa sedih.

"Sayang, Allah takkan menguji hamba-Nya di luar kesanggupan hamba itu sendiri," ucap Reyhan.

Rumaysha terdiam dengan genangan air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

"Meski dokter yang ahlinya sekalipun mengatakan kamu tidak bisa hamil. Ingat, bahwa Allah lebih ahli dari segalanya. Maka kamu akan hamil dengan izin-Nya."

"Mas...." Rumaysha mencengkeram pinggiran baju Reyhan kuat. "Aku beneran nggak bisa hamil kata dokter?"

"Hei, barusan aku bilang apa, hem?"

Rumaysha sibuk menggeleng. "Aku tanya apa bener dokter bilang aku nggak bisa hamil? Mas tolong jawab yang jujur "

"Tidak," jawab Reyhan.

"Maksudnya dokter nggak bilang?"

Reyhan mengambil sesuatu dari dalam lemari. Ia membuka tas miliknya kemudian mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop berwarna coklat.

"Ini, hasil yang dokter berikan menunjukkan kemungkinan kamu hamil masih ada. Tapi untuk saat ini sebaiknya fokus pada perawatan kamu pasca operasi."

Rumaysha ragu-ragu membaca isi yang tertulis pada secarik kertas yang diberikan Reyhan padanya. Di sana menjelaskan secara terperinci bagaimana ia yang sebenarnya.

"Aysha lihat aku." Reyhan memegang tangan istrinya sambil menatap matanya serius.

Rumaysha melihat Reyhan dengan mata yang berkaca-kaca. "Jadi aku masih bisa hamil, Mas?"

"Semua itu mudah jika Allah sudah berkehendak. Jadi, kamu nggak perlu merisaukan ini berlebihan. Bukan aku nggak mengharapkan, hanya aku tak ingin membuatmu jadi merasa terdesak. Kamu boleh untuk memilih tidak ingin hamil sekalipun. Aysha, aku akan mencoba mengerti kamu dengan perasaanku yang tulus."

Namun Rumaysha tetap merasakan sesuatu dalam dirinya. Seperti sebuah ketakutan yang terus mengusik. Bagaimanapun tetap saja Reyhan adalah pria yang pasti ingin memiliki keturunan. Apalagi jika ia teringat perkataan ummi Zulfa, bahwa pria saleh seperti Reyhan seharusnya memperbanyak keturunan.

"Hei, apa yang kamu pikirin sih? Kenapa malah diem dan bikin aku takut," ujar Reyhan sembari mengelus pipi Rumaysha.

"Aku minta maaf ya, Mas."

"Untuk apa kamu minta maaf, kamu nggak—"

"Kamu terlalu sempurna untuk aku yang serba kurang ini Gus Reyhan."

"Aysha kamu nggak boleh ngomong gitu."

"Iya. Semakin kamu bersikap sempurna. Aku semakin ketakutan dan sedih."

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang