Bagian 24 : Masa Lalu Aysha (1)

3.7K 115 7
                                    

Aku tak dapat menyembunyikan wajah merahku darinya. Fajar menyingsing setelah aku dan suamiku menunaikan shalat subuh berjamaah. Karena kondisi pesantren sedang kurang kondusif, Reyhan tidak pergi ke masjid untuk mengimami shalat sementara waktu.

Kini aku terbiasa bangun sendiri untuk shalat tanpa perlu susah payah dibangunkan oleh Reyhan seperti awal-awal. Memang benar, ya. Kehadiran Reyhan dalam hidupku membawa pengaruh positif yang berkepanjangan.

Alhamdulillah. Aku bersyukur karena dipertemukan dengan Reyhan. Pria itu kini tengah berjalan ke arahku sambil membawakan nampan berisi sarapan pagi untuk ku.

"Ini masih terlalu pagi untuk sarapan tau, Mas." Aku mengambil nampan dari Reyhan.

"Wah! Nasi kuning kesukaanku!" seruku senang.

"Gapapa, kamu harus sarapan lebih awal karena energi kamu sudah terkuras, kan?" Senyum Reyhan membuatku terdiam.

"Apa sih!" Aku mengerucutkan bibir malu mendengarnya. "Energiku emangnya kemana?"

"Kan habis semalam," jawab Reyhan.

Aku mengekeh geli. "Gak apa, tapi jangan setiap hari, ya. Aku pegel banget tau," rengek ku kemudian.

Reyhan mengelus puncak kepalaku dengan senyumnya yang tak memudar sedikitpun.

Meleleh, untuk kesekian kalinya aku tak bosan mengagumi ciptaan Allah yang ada di hadapanku sekarang ini.

"Yakin gak mau setiap hari?" Reyhan malah menggodaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Yakin gak mau setiap hari?" Reyhan malah menggodaku.

Aku langsung memukul pelan lengannya. "Kamu nih! Udah ah jangan ngegoda aku mulu. Aku makan, ya?"

"Iya, Sayang, habisin ya makannya. Kamu kelihatan kurusan."

"Masa sih?" Aku tersenyum lebar mendengar itu. "Beneran, Mas?"

"Iya kelihatan banget. Kenapa sih? Kamu kok kayak seneng pas aku bilang kurusan?"

Aku tertawa. "Ya, seenggaknya itu lebih enak di denger dibanding kamu bilang aku gemuk, Mas."

"Tapi aku suka kalau kamu agak lebih gemuk, Sayang."

Mataku membulat sambil menghembuskan napas. "Maksudnya kamu mau aku berubah jadi gendut gitu?"

Reyhan sekarang yang tertawa. "Bukan gitu. Bercanda, Sayang. Aku suka bagaimanapun bentuk tubuh kamu. Alhamdulillah wasyukurillah, istriku yang tercantik."

Aku merona mendengar pujian darinya.

"Udah ah, kamu nih bikin aku gak jadi makan daritadi." Aku lalu membuka bungkus nasi kuning di piring kemudian mulai memakannya.

"Hei, doa dulu." Reyhan mencegah sendok tadi masuk ke mulutku.

"Ups, lupa." Aku tersenyum lalu mengangkat tangan. "Iya, bismika Allah...."

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang