Belum ada satu jam sejak Reyhan bilang akan pergi menemui Kiyai Zaman. Pesan mengejutkan yang membuatku nyaris pingsan karena serangan jantung itu muncul.
Aku duduk di kursi sambil membiarkan pesan itu terbuka begitu saja. Ku Letakkan ponsel di atas meja tanpa ku apa-apakan.
Mataku berair sebab air mata yang jatuh tak dengan sendirinya meski aku sekarang tidak bisa bersuara. Beberapa detik kemudian pesan itu terhapus dengan sendirinya membuatku tersentak.
"Maksudnya apa." Aku mengambil ponsel itu meski tanganku masih lemas.
Jelas saja, siapa yang tidak lemas jika diceraikan begitu cepat melalui pesan singkat tanpa diberikan aba-aba. Aku bahkan tidak habis bertengkar dengannya, ini sama sekali tak masuk akal.
"Foto profil Mas Rey tiba-tiba nggak ada gini, nggak mungkin kan gue di blokir?"
Ini pasti ada yang tidak beres, pikirku. Buru-buru ku hubungi Reyhan untuk memastikan itu. Benar saja, panggilan itu tak dapat tersambung, mungkin saja benar aku sudah diblokir olehnya barusan.
"Tapi kenapa dia blokir gue, terus kenapa pesannya dihapus."
Kuambil napas perlahan, ku putuskan untuk tak mengambil kesimpulan dalam kondisi emosional. Masih banyak kemungkinan yang terjadi, meski aku sendiri tidak tahu sebenarnya ada apa. Sekarang yang terpenting adalah mengetahui keadaan Reyhan di sana, di tempat kiyai Zaman.
Kucari-cari nomor telepon kiyai Zaman untuk ku hubungi, satu-satunya cara agar aku bisa memastikan kondisi Reyhan.
"Assalamualaikum, ini Aysha."
"Kiyai, maaf apa di sana ada Gus Rey?"
Aneh, Kiyai Zaman tidak menjawab pertanyaanku dan malah mendiamkanku.
"Halo, Kiyai?"
Padahal jelas tadi kiyai Zaman menjawab salamku. Tapi saat kutanya tentang Reyhan, beliau malah diam dan membiarkan panggilan tetap tersambung.
"Beritahu saja, Ammi, kalau suaminya ada di sini bersamaku."
Aku tersentak mendengar suara itu. "Radhia?"
"Aysha, maafka—"
"Ammi cepat katakan padanya!!!"
"Dimana suamiku kiyai!!" Aku berteriak karena mulai tak tenang. Jelas itu suara Radhia, perempuan itu berkata cukup keras dan aku mulai bertanya serta mencemaskan keberadaan Reyhan sekarang. Jadi, untuk apa Radhia ada di sana. Mereka bersama, mereka ada di tempat yang sama untuk apa. Semua kuingin tahu jawabannya saat ini juga.
"Aysha suamimu baik-baik saja. Mohon percaya padanya dan tunggu sampai dia pulang. Apa yang kau dengar belum tentu seperti apa yang terjadi. Tetap bertawakal dan terus berdoa."
Tak lama kemudian panggilan pun terputus.
"Halo Kiyai Zaman!!!" Aku menangis terisak. Sekarang aku tahu bahwa suamiku tengah berada di tempat yang sama dengan Radhia, perempuan gila itu.
Rentetan kejadian yang dimulai dengan pesan talak untukku, kini kegilaan Radhia yang mengatakan secara berani bahwa suamiku ada bersamanya seperti tadi sangatlah membuatku terkejut dan marah.
Kemudian pikiran buruk bercokol dalam otakku, tentang alasan semuanya terjadi.
Reyhan, mengapa dia malah belum menjelaskan apa-apa. Bagaimana bisa dalam waktu kurang dari satu jam sejak ia pergi, aku malah dikejutkan dengan hal-hal semacam ini."Assalamualaikum." Aku menengok ke pintu. Siapa yang datang disaat genting begini, sih.
"Wa'alaikumussalaam, siapa?" sahutku tak membukanya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...