"Memangnya—"
"Kita pulang sekarang?" Tiba-tiba saja Reyhan memotong perkataanku. Aku pun mengangguk mengikuti ajakannya untuk pulang.
Walaupun aku penasaran, apa maksud kata-kata Reyhan yang bilang jangan berbalik melihat ke belakang. Apa itu maksudnya ada orang di belakangku, atau aku diminta tak lagi mengingat masa lalu.
Namun sudahlah. Apa pun yang Reyhan maksud, aku hanya akan mematuhinya saat ini dan seterusnya.
"Aysha." Reyhan tiba-tiba saja berhenti.
"Ya?" jawabku.
"Apa kamu keberatan jika aku sedikit membatasi gerakmu?"
"Maksudnya?"
"Aku ingin kamu tidak bertemu temanmu yang bernama Radhia itu dulu sementara waktu."
Jujur aku terkejut. Memangnya kenapa? Apa aku tak diperbolehkan berteman dengan teman kecilku, Radhia. Padahal sebelum mengenal Reyhan, aku lebih dulu mengenal Radhia.
"Tapi memangnya kenapa, Mas?"
Reyhan terlihat menghela napas panjang. Sepertinya ada beban yang tak dapat ia ungkapkan padaku. Heran juga, kenapa jadi melarang ku bertemu dengan Radhia.
"Tidak apa, Aysha. Saat ini kamu bisa, kan, menerima permintaanku itu?"
Aku tidak menjawab. Di pesantren ini, aku hanya mengenal Radhia saja. Hanya dengan Radhia juga aku bisa bebas berteman tanpa ada perasaan canggung.
"Mas Rey, Radhia adalah temanku sejak kecil. Aku dan dia bertetangga dan punya hubungan sangat akrab dulu. Saat bertemu dia di sini, aku jujur sangat lega, Mas. Lantas kenapa Mas malah melarangku menemuinya? Apa ada sikapnya yang membuat Mas Rey merasa terganggu?" tanyaku berharap Reyhan mau menjelaskan.
Namun Reyhan bertingkah aneh. Ia memijat keningnya sesekali seperti merasakan pusing.
"Mas Rey baik-baik aja, kan?"
"Maafkan aku, ya, Aysha. Memang keterlaluan kedengarannya. Saat ini aku belum bisa mengatakan alasanku meminta hal itu. Tapi nanti aku pasti akan jujur padamu."
Begitulah akhir percakapanku tentang larangan bertemu dengan Radhia. Sekarang aku jadi bingung sendirian. Semoga saja tak ada hubungannya dengan kemunculan Albara di pesantren Al-Faaz. Aku sampai terlupa sejenak, bahwa yang jadi masalah sekarang adalah Albara, orang itu untuk apa datang ke pesantren segala?
***
Adzan isya berkumandang. Aku bersiap untuk shalat berjamaah seperti biasa. Tapi saat hendak mengambil mukena yang kusiapkan, tiba-tiba saja Reyhan mengambil mukena ku lebih dulu.
"Hem? Ada apa Mas?" tanyaku heran.
"Kamu shalat di rumah saja ya, Aysha." Reyhan lalu memberikan mukena itu padaku.
"Di rumah?"
"Ya. Sebaik-baik perempuan adalah yang berdiam di rumah, termasuk untuk shalat."
Aku terdiam beberapa saat. Reyhan kelihatan masih aneh menurutku. Sikapnya sekarang lebih banyak melarangku ini dan itu. Padahal biasanya Reyhan tak keberatan aku berjamaah di masjid. Lagipula di sana aku bisa shalat setelah itu melihat anak-anak santri mengaji. Apalagi momen Reyhan mengajar santri, bagiku itu adalah kesenangan tersendiri.
"Biasanya Mas gak keberatan?"
Reyhan tersenyum kaku. "Tidak, kok. Mulai sekarang kamu shalat di rumah saja, ya. Kalau begitu, aku berangkat ke masjid dulu."
![](https://img.wattpad.com/cover/265487553-288-k35222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomantikFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...