Satu bulan kemudian ....
Aysha : Mas Rey lagi sama siapa, sih? Kok sibuk terus. Jangan-jangan Mas lagi makan bekal buatan salah satu santri, ya. Aku barusan baca berita itu di grup.
Aku mengatur napas karena amat gelisah. Jauh dari Reyhan membuatku terus saja curiga.
Tak lama kemudian Reyhan meneleponku. Dia kedengaran cemas karena pesan dariku itu. Aku jadi menyesal, seharusnya aku tak perlu bertindak seperti anak-anak.
"Mas Rey aku gapapa kok beneran, tadi cuma kangen aja jadinya ngelantur ngomongnya." Sambil menggigit bibir aku berusaha tetap menjawab kecurigaan Reyhan karena perkataan sembrono yang kulontarkan beberapa waktu lalu.
"Ih gak kok." Aku menggaruk kepalaku gusar. "Mas di pesantren aja lanjutin ngajarnya. Aku besok juga udah baikan." Dasar Aysha!
Aku jadi membuat Reyhan kepikiran, kan. Ini semua karena gosip yang beredar. Katanya, Radhia yang pernah dekat denganku itu. Dia mengirimkan semacam kotak makan siang untuk Reyhan ke asrama asatidz.
Reyhan sudah menjelaskan itu hanya berita salah. Mana mungkin ada santriwati yang dibiarkan masuk ke ruangan asatidz dengan bebas tanpa ada kepentingan dan dibarengi oleh mahramnya.
"Baiklah, Mas. Aku tunggu, ya. Tapi ... apa bener gapapa kamu ke sini sekarang?" kataku sambil mendengarkan penjelasan Reyhan. Kedengarannya Reyhan tidak ingin aku terganggu oleh berita itu.
Aku menunduk lesu. Apa setelah ini akan ada gosip yang beredar tentang aku yang manja ingin terus dikunjungi Reyhan, padahal tugas yang harus dilakukan Reyhan di pesantren cukup banyak.
"Iya deh. Waalaikumussalaam." Aku meremas ponsel lalu duduk di tepi ranjang.
Selama dua minggu aku tinggal di rumah ayah karena aku masih harus kontrol ke rumah sakit. Kebetulan, aku juga dipindahkan ke rumah sakit dekat rumah ayah, itu semua karena permintaanku yang baru tahu, kalau Aksara adalah dokter di rumah sakit itu. Menghindari hal-hal yang tak diinginkan, itulah yang kujaga, dan lebih baik memang begitu saja.
Jari-jariku sibuk mengetikkan balasan komentar dari beberapa santri yang ada di grup besar pesantren. Padahal Reyhan sudah melarangku untuk menanggapi berita-berita yang belum jelas kebenarannya. Tapi kali ini rumor itu amat meresahkan, bagaimana bisa orang bilang bahwa Radhia menyukai Reyhan.
Aysha : Seharusnya kalian lebih bijak dalam menanggapi berita miring yang belum tentu benar. Apa tidak malu dihadapan Allah, kalau ternyata berita itu fitnah. Walaupun benar, itu juga termasuk ghibah, kan!
Aku mengerutkan kening menunggu siapa yang berani membalas ketikanku itu.
Radhia sedang mengetik....
Jantungku berdegup kencang. Ini pertama kalinya aku berinteraksi lagi dengan Radhia, walau hanya lewat pesan grup saja.
Radhia : Berita itu aneh, kenapa harus ada nama saya di sana. Bukannya nyaris semua santriwati menaruh simpati pada Gus Rey? Wajar saja mengingat dia adalah pria yang shalih. Jadi apa salahnya jika saya menyukai Gus Reyhan sewajarnya. Mengenai kotak bekal itu memang milik saya dan saya tak perlu menjelaskan lebih rinci lagi.
Aku tercengang membaca balasan dari Radhia itu.
Kenapa dia malah jadi menegaskan bahwa wajar saja menyukai Rey begitu. Apa dia sudah gila.
Meskipun di dalam grup itu hanya ada santriwati saja, tidak ada asatidzah ataupun pengurus pesantren. Akan tetapi aku tetap saja geram. "Aku benci dimasukkan ke dalam grup ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...