Bagian 30 : Perempuan Sialan!

2.6K 84 12
                                    

Di sini aku sekarang berada. Di bawah pohon pinus yang ada di samping mushola kecil, tempat biasa aku janjian dengan Radhia untuk mengobrol santai. Memang Reyhan sempat melarang, untuk aku bertemu Radhia sementara. Tapi larangan itu sudah dicabut oleh suamiku, sebab ku yakinkan dia, bahwa Radhia adalah teman baikku dan tak akan terjadi sesuatu jika aku terus berteman dengannya.

"Aysha." Radhia kelihatan ngos-ngosan. Ia berlari kearahku sambil membawa tas kecil berwarna abu-abu.

"Radhia, itu apa?" tanyaku yang langsung terfokus pada tas berbentuk persegi kecil di tangannya.

"Oh ini. Untuk kamu, Aysha."

"Untuk gue?" Aku terkejut. Apa itu hadiah? Tapi untuk apa Radhia memberiku hadiah.

"Iya, ini dari umi Aira."

"Astaghfirullah!" Aku sontak terkejut bukan main. Maksudnya umi Aira adalah Humayra yang baru saja diceraikan oleh kiyai Yusuf?

Aku pasti salah dengar.

"Umi Aira siapa, Radh?" Kupastikan kembali pada Radhia, siapa tahu aku salah sangka.

"Ya Allah, Aysha. Ustadzah Humayra, mantan istri kiyai Yusuf," terang Radhia.

"Hah?" Aku menutup mulutku rapat. "Serius?"

"Iya." Radhia kemudian duduk di kursi panjang yang ada di sana. Aku menyusulnya kemudian duduk di sampingnya.

"Yakin lo ini Humayra yang itu?" tanyaku lagi karena saking tidak percaya.

Begini, istri kiyai Yusuf itu diasingkan beberapa waktu lalu. Tapi karena kesehatannya memburuk, ia kembali ke pesantren sebentar untuk mengurus sesuatu. Rupanya kiyai Yusuf menceraikan Humayra dan pindah ke kota kelahirannya. Karena itu juga Reyhan ditugaskan untuk menjaga pesantren ini. Ternyata Humayra sempat-sempatnya menitipkan sesuatu padaku. Sungguh aku tak mengira wanita itu  akan melakukan hal semacam ini.

"Kok bisa dia ngasih gue ginian? Ini apa, Radh?"

"Aku juga gak tau, Aysha. Terima, ya. Dia minta aku kasih kamu dan bilang setelah ini gak akan ganggu hubungan kalian lagi."

Aku terdiam beberapa saat. Ya, emang dia gak boleh ganggu lagi, sih. Awas aja kalau berani! Rungutku dalam hati.

"Terus dia balik ke pengasingan lagi sekarang, Radh?"

"Iya Aysha. Urusan dia sudah selesai di sini."

Radhia memberikan tas kecil itu padaku. Aku ragu menerimanya. "Ini Aysha."

Akhirnya kuambil tas abu-abu itu dari Radhia. "Aysha, aku harus shalat dhuha dulu. Gapapa, kan?"

"Eh, iya." Aku mengangguk cepat. Radhia pergi ke mushola, sementara aku masih menatap pemberian Humayra di tanganku.

"Ini sih kayaknya gue tau apa." Aku memeriksa tas kecil itu dan benar saja isinya adalah pakaian untuk shalat.

"Ngapain Humayra kasih gue mukena, kayak mau nikahin gue aja dia." Aku terkekeh sambil menggelengkan kepala. Aku Periksa isinya seksama, lalu kutemukan selembar kertas di dalam mukena berwarna abu-abu.

"Ini apaan?" gumamku. Meski agak ragu, kubuka selembar kertas yang terlipat itu dengan perasaan ingin tahu.

"Ini surat." Seketika barisan kata di kertas putih itu membuat alisku mengernyit keras.

Aku membacanya pelan sambil memastikan penglihatan ku sendiri. "Mukena ini pemberian Reyhan dulu. Kau pasti sudah tahu, aku sempat akan menikah dengannya, kalau saja takdir ku memang bersamanya waktu itu. Sayang, dia menjadi takdir mu sekarang. Meski tak ada yang tahu, apa yang akan terjadi ke depan. Tapi, selamat. Kau lebih pantas mendapatkan mukena itu daripada aku." Suaraku langsung tercekat begitu selesai membacanya. 

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang