Bagian 17 : Dari Balik Pohon

3.8K 200 35
                                    

Dimata mu tersimpan cinta yang suci. Terbangun dalam pernikahan dari beda dunia. Duhai Pendampingku - Edcoustic ~

Ini hari ke tujuh aku berada di pesantren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini hari ke tujuh aku berada di pesantren. Belakangan sikap Reyhan memang banyak berubah. Dia jadi lebih perhatian padaku dan itu agak aneh.

Ada rasa menggelitik yang membuatku sesekali menyunggingkan senyum. Pipiku pun tak jarang memerah sendiri. Heran juga, kenapa aku mulai terbiasa berada di sampingnya. Mengikuti kemana dia pergi, seperti sekarang. Selepas shalat dzuhur, aku dan Reyhan menetap di surau sebentar.

"Assalamu'alaikum."

Aku menoleh ke sumber suara itu. Seorang wanita berpakaian serba hitam tepat berada di sampingku. Para santriwati sudah kembali ke asrama masing-masing. Alhasil hanya ada aku sendirian.

"Wa-Wa'alaikumussalaam," jawabku sembari meneguk ludah sendiri.

Bukankah dia adalah wanita yang dipanggil ummi Aira oleh para Santri? Ada apa kiranya dia mendekatiku. Habis lah! Aku sedang tidak berselera untuk memulai percakapan dengan siapapun sekarang.

"Em, bagaimana di pesantren apa kamu betah?" Pertanyaan itu yang meluncur ke luar dari wanita itu. Aku pun tersenyum kecil, sedikit kikuk dan pasti kelihatan aneh olehnya.

"Oh, lumayan," angguk ku seadanya.

"Semoga kamu betah, ya. Apa Reyhan sudah banyak cerita tentang keluarganya?" tanyanya lagi.

Sambil menghela napas, aku meremas jemari tanganku asal. Kenapa dia jadi lanjut mengajakku mengobrol, sih.  Reyhan juga, kenapa dia belum juga kembali. Padahal tadi dia bilang hanya sebentar pergi.

"Em, belum tuh." Aku menjawab seadanya.

"Oh."

Umi Aira sepertinya ingin menanyakan sesuatu tapi agak ragu. Kelihatan dari gestur yang ditunjukkan padaku. Apa aku bertanya saja ya, daripada tak ada bahan pembicaraan. Aku tak terbiasa dan paling tidak bisa dengan situasi canggung begini.

"Aysha?"

Suara itu membuatku langsung memutar kepala ke belakang. Rupanya itu Reyhan. Syukurlah, akhirnya dia datang juga.

"Mas Rey," ucapku kemudian berlari ke arahnya.

Aku memegang tangannya erat sambil mengisyaratkan agar cepat pergi bersama. Aku tidak nyaman berada di dekat wanita itu.

Lo lama banget sih! Batinku.

"Kenapa?" tanya Reyhan sambil menatapku serius.

Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang