Sajak 71

3 1 0
                                    

Aku gadis lugu. Mengambang dengan sejuta cerita yang selalu mendesak adanya rindu. Syukur rasaku jikalau matamu menatap setiap titik aksara pada tulisanku. Membaca kata demi kata yang mewakilkan perasaanku. Bait demi bait yang selalu tertuju padamu. Meski hanya sekedar ketidakmungkinan, tapi tetap saja kulakukan.

Langit kembali meneteskan air matanya. Menatap dan menyapaku di luar jendela. Lensa pekat antusias memandangi setiap rintik dariNya. Betapa teduhnya logika. Gemercik memenuhi ruang dengan cukup gelora harsa. Sekilas, terlintas, kumenatap lirikku dengan tajam. Setiap jejak langkah selalu angkuh penuh kepastian. Sabit senyum simpul telah tenggelam. Tak ada lagi manisnya lesung pipit yang menyenangkan. Sedikit dariku kata terlontar. Sekali mengucap menancap lekat. Menyakiti gumpalan darah lalu menimbulkan detak dengan hebat. Seperti pisau yang menusuk hingga tembus tulang rusuk yang tak rekat. Aku tak memiliki orang yang menanti kepulanganku. Aku pun tak memiliki tempat untuk pulang. Dinginnya sikapku, angkuhnya logikaku, telah membekas dalam balutan dendam. Siapapun yang mencoba menghalangiku, tertumpas habis bahkan berakhir bersimbah darah. Tak terkecuali dirimu. Dirimu yang tanpa sengaja melukaiku. Sikapmu, ucapmu, bahkan sesuatu yang tak kau sadari telah membekas dalam ingatanku. Kamu! Target dan sebab utama akan perubahan dalam diriku.

Aku yang telah membayangkan seperti apakah aku hari itu, aku tak sanggup. Aku terlalu imut dan lucu untuk melakukan hal keji seperti itu. Aku adalah bianglala, siapapun yang melihatku, akan kubuat bahagia.

Cerita tentang aku dan aku yang lain, 3 Mei 2021

Degup SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang