Tertatih menafsir beribu aksara. Diksi palsu yang terbang bersama sejuta cerita. Apakah aku salah? Menjadi jiwa yang sepi di tengah ramainya suasana. Menjadi jiwa yang sendiri di tengah gemerlapnya mahajana. Bulir bening dari mataku, tak satupun mereka tahu. Tetes kecil embun netraku, tak satupun mereka mengerti. Rasaku hancur. Melebur dalam angan, menghilang dalam ingatan. Tanda tanya yang harusnya kulontarkan, hanya dapat kupendam dalam-dalam. Apa salahku? Kaki berlumuran darah, tangan berlumuran getah. Seringai manis selalu kau temui dalam parasku. Apa salahku? Aku tak menghakimi Pemilik Senja, karena memang aku sadar, aku hanya tanah yang bernyawa.
Kamu? Apakah netramu sampai pada titik ini? Aku tak yakin. Tapi pahamilah setiap titik kalimatku. Selalu ada rindu dibalik semua itu.4 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Degup Sendu
PoésieDeretan rintih manis gadis lugu diambang perasaan semu. Sisihkan sebentar waktumu dengan membaca deret aksara yang ditoreh dengan segala rasa yang ada. Mari duduk bersama, agar kamu paham betapa berharganya setiap titik diakhir kalimat yang bernada...