Bulanku hilang,
Deret mendung menjadi penghalang.
Indahnya sinar yang sering kupandang,
Seperti bingkai cantik dikala terang.
Desember dan Januari t'lah pergi.
Meninggalkanku sendiri bersama Februari.
Jiwaku yang kosong t'lah angkat kaki.
Meninggalkan raga yang bodoh tak henti-henti.Hai Tuan!
Masih ingatkan tentang diksi bulan lalu?
Diksi lusa tentang rindu sendu?
Ikhlas yang terpaksa membuatku kaku.
Mematri jarak untuk menjaga kalbu.
Hai Tuan!
Seiring detik berlalu,
Memberiku segudang teori tentangmu.
Memang benar,
Sudah selayaknya aku menjauh darimu.#TulisanFii
Jepara, 4 Februari 2021Rintih aksara yang pernah kuterbangkan untukmu, sekarang ingin kutarik kembali bersama waktu. Aku tak benar-baner jatuh dipelupukmu. Hanya saja, takdir yang mengizinkanmu melakukan itu. Terimakasih pernah ada. Walau sesaat, namun membuatku bahagia.
-Gelora Nestapa, 030221
KAMU SEDANG MEMBACA
Degup Sendu
PoezjaDeretan rintih manis gadis lugu diambang perasaan semu. Sisihkan sebentar waktumu dengan membaca deret aksara yang ditoreh dengan segala rasa yang ada. Mari duduk bersama, agar kamu paham betapa berharganya setiap titik diakhir kalimat yang bernada...