Sajak 83

1 1 0
                                    

Tak perlu kuperinci. Semakin dalam semakin tertekan.
Tentang waktu, tentang takdir, tentang aku. Aku, yang bahkan tak pernah tahu. Aku, yang bahkan tak pernah paham. Akan segala teka-teki yang sampai saat ini belum terpecahkan.
Terjerat penjara buana. Tertikam langsung oleh tangan semesta. Aku, tak tahu.
Apapun, siapapun, tak tahu. Tetaplah hidup meski hanya karena satu kalimat. Kalimat tanpa arti. Langkah tanpa pasti. Terjebak zona nyaman yang abadi.

***

Menggelitiki semesta?
Atau, digelitiki semesta?
Tertawa terpingkal-pingkal menatap nabastala
Alangkah indahnya ia
Menyapa dengan cerah
Kemudian menjatuhkan dengan pasrah
Kadang,
Bukan.
Seringkali, sesuatu hanya mampu mendengar
Tanpa perlu didengar
Kata hanya terpendam
Bait kalimat hanya diidam-idamkan
Bahkan, setiap titik yang rapi pun tak pernah diutarakan
Biarlah sungai sampai ke hilir
Hingga membawa deru nafas ini tanpa mampir
Biarlah kicau gereja menerpa buana
Menyembunyikan luka yang terjebak dalam raga
Jiwa-jiwa sunyi yang tak pernah mati
Satu alasan yang membuat ia tetap disini
Tuhan tak menciptakannya sebagai bahan uji
Melainkan dengan keistimewaannya tersendiri

26/05/21

Degup SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang