Selamat membaca ...
________
Bagas berjalan dengan gagahnya. Dengan aura yang begitu dingin, juga tatapan yang penuh mengintimidasi.
Tadi, saat dirinya sedang di kelas, tiba-tiba ada notif pesan dari Prita. Seorang Prita dan temannya yang kemarin ikut menolong, menahan Zeva dan Jihan di gudang. Sama seperti kejadian kemarin.
Bagas tidak berbicara apapun pada Rasya, lantaran Rasya juga tidak masuk sekolah hari ini. Ia menitah istrinya itu untuk istirahat saja di rumah. Pun tadi saat menyiapkan sarapan untuknya, Rasya dengan hati-hati menggunakan tubuhnya yang masih nyeri. Ketika tangan kanannya diangkat, itu akan terasa linu. Maka dari itu Bagas melarangnya untuk masuk sekolah. Biar saja ia libur dahulu.
Bagas mempercepat langkahnya. Tapi saat di pertengahan koridor, langkahnya terhenti karena bertemu dengan Doni dan Farhan.
"Mau kemana, lo?" tanya Doni.
"Ada urusan." Bagas meninggalkan mereka berdua begitu saja. Tapi Farhan dan Doni saling melirik, kemudian mereka mengikuti langkah Bagas yang sudah jauh di depan.
Ketika sampai di gudang, Bagas langsung masuk ke dalam. Karena Prita dan temannya sudah memberitahu Bagas untuk langsung masuk saja.
Di belakang Bagas, terdapat Doni dan Farhan yang mengikutinya. Mereka berdua heran, mengapa Bagas masuk ke dalam gudang? Apa ada yang disembunyikan Bagas dari mereka?
Bagas yang kini sudah di dalam, menatap bengis Zeva dan Jihan yang sudah diikat di bangku. Keduanya saling memberontak agar dilepaskan. Tapi Prita dan temannya yang bernama Idgar, memilih diam berdiri bersandar di tembok ujung dekat pintu masuk.
"Sesuai perintah, Gas." Prita melapor pada Bagas.
"Makasih atas kerja sama lo berdua." Idgar dan Prita serempak menganggukan kepala.
"Idgar, lo boleh jaga di luar? Gue minta tolong supaya gak ada yang bisa masuk akses ini." Idgar pun menyanggupi dan segera keluar.
Saat Idgar sudah menutup pintu gudang, ia di kejutkan oleh kedatangan sahabat Bagas. Doni dan Farhan.
"Kalian kok? ...."
"Sstt, kita berdua ngikutin Bagas tadi. Tapi kayanya dia gak sadar. Secara mukanya kaya keruh gitu pas ditanya mau kemana," ujar Doni menjelaskan.
Idgar mengangguk paham. Ia menjelaskan apa yang terjadi di dalam juga kejadian kemarin pada Doni dan Farhan. Dirinya berinisiatif untuk bercerita, karena pasti akan ada pertanyaan seperti itu dari keduanya. Ia juga berpikir jika kedua sahabat Bagas belum tahu kejadian kemarin.
Di dalam ruangan gudang, dengan cahaya yang hanya terdapat dari celah jendela atas. Seorang Bagas tersenyum remeh pada Jihan dan Zevanya, yang kini sedang meratapi nasibnya.
"Gimana rasanya? Enak? Ini bahkan cuma diikat, bukan dicambuk." Bagas mulai bersuara dengan aura yang sangat dingin. Bahkan Prita yang memerhatikan itu, bergidik ngeri mendengar suara Bagas.
"LEPASIN GUE!" Jihan mulai memberontak minta dilepaskan. Tapi Bagas hanya mengedikan bahu tanda tidak peduli.
"SIALAN LO YA, PRITA. LEPASIN GUE, GAK? Ternyata lo ada kerja sama dengan Bagas. LICIK LO." Jihan tidak terima dengan apa yang dilakukan Prita terhadapnya.
"Lo gak bisa salahin Prita, dia gak salah. Justru yang salah itu kalian. Dan kalian itu seperti iblis yang menjelma jadi manusia."
"Bagas, kamu gak mungkin, kan, ngelakuin ini sama aku? Kamu gak ingat, kita ada kerja sama antar perusahaan? Bisa aja aku bilang ke papah untuk batalin hal itu. Dan kamu juga janji mau ngajarin aku tentang perusahaan yang di geluti papah. Tapi kenapa kamu lakuin hal ini?" Zevanya mulai bersuara dengan nada memohon pada Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Teen Fiction16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...