Peringatan keras!
Ada scene di mana khusus untuk 21 tahun plus-plus. Sebenarnya dari part-part sebelumnya juga aku peringatin, di cerita ini memang banyak yang mengandung adegan dewasa. Meskipun masih dalam genre fiksi remaja.
Ingat! Ini hanya sebuah cerita fiksi, tanpa harus ditiru oleh kalian semua. Terlebih cerita ini mengandung di bawah umur, tolong dimengerti ya :)
Pengecualian jika kalian memang sudah berumur 21 tahun ke atas, dan sudah menikah.
Aku memang tidak menjabarkan semua tulisan yang terlalu vulgar. Tapi maksud dari apa yang aku tulis pasti banyak yang tahu. Bahkan yang umurnya belum genap tujuh belas tahun pun tahu.
Maaf kalau aku terlalu banyak cing-cong 🙏
Selamat membaca ...
________
Setelah kelulusan sekolah. Bagas dan Rasya sibuk mencari universitas yang ingin mereka tempati bersama, dengan fakultas yang diinginkan mereka masing-masing.
Seusai dapat universitas yang mereka inginkan. Mereka juga tak lupa dengan membeli barang-barang keperluan kuliah nanti.
Oh iya, sebelum mereka rencana untuk masuk ke universitas, barang-barang seragam SMA mereka yang masih bagus, dibagikan ke suatu yayasan panti asuhan. Kebetulan juga, seragam mereka berdua masih layak pakai. Belum lama dan masih warna alami. Tidak menguning atau banyak noda. Karena setiap tahunnya mereka selalu mengganti seragam sekolah, terutama seragam atasan putih.
Rasya dan Bagas kini sedang berada di halaman belakang. Mereka menikmati waktu sore, ditemani dengan camilan kering juga dua cangkir teh manis hangat. Sesekali bercakap tentang masa-masa SMA mereka dahulu.
"Sayang, gimana?" tanya Bagas pelan namun penuh makna didalamnya.
Rasya yang ada di sampingnya segera menoleh dan menatap ke arah Bagas. Dia tersenyum dan mengangguk malu.
"Kamu serius? Ini bukan prank, kan?" tanya Bagas meyakinkan.
"Enggak ada candaan apapun, dan aku serius." Rasya menjawab dengan penuh yakin.
Bagas tersenyum atas jawaban Rasya, lalu mereka saling berpelukan. Bahkan Bagas menitah Rasya untuk berdiri.
Mereka saling berhadapan dan memberi tatapan intens. Kemudian Bagas mencium bibir Rasya dengan lembut tanpa menuntut, dan Rasya pun membalasnya dengan gerakan lembut juga.
***
Kini tepat pukul 21:00. Bagas dan Rasya belum juga tertidur, mereka masih saja diam tanpa pergerakan apapun. Ponsel sudah mereka simpan di atas nakas sejak tadi. Bahkan mereka seharusnya memang sudah sangat siap untuk tertidur. Tapi seperti ada hal yang mengganjal dalam diri Bagas dan Rasya saat ini.
"Yang, kamu belum tidur?" tanya Bagas dengan mata yang menatap ke arah jam dinding.
Rasya yang tadinya menghadap ke langit-langit, kini tubuhnya ia miringkan dan menghadap Bagas sepenuhnya. Ia melihat Bagas yang gusar sejak tadi, dan dirinya tahu alasan apa yang membuat Bagas seperti itu.
Tangan Rasya meraih wajah Bagas, mengelusnya dengan gerakan lambat. Lalu turun ke leher dengan penuh rasa. Perlakuan Rasya membuat Bagas terpejam sejenak untuk merasakan lembutnya jari-jari lentik milik Rasya.
Tangan Rasya turun ke dada bidang milik Bagas, dengan lapisan kaos putih polos di sana. Masih, Rasya masih dengan gerakan yang penuh dengan lembut.
Bagas yang sudah tidak tahan dengan hasratnya, menghentikan gerakan tangan Rasya begitu saja. Rasya menatap Bagas heran, bahkan halisnya yang sebelah ia naikkan ke atas.
Bagas memajukan wajahnya dan mendarat tepat di telinga Rasya.
"Biar aku yang mulai." Setelah mengucapkan hal itu, Bagas mulai bereaksi. Dengan dia yang dominan dalam permainan malam yang panas ini.
***
Cahaya matahari telah menampakkan sinarnya yang terang. Menembus ke celah gorden yang masih tertutup. Sang pemilik kamar pun, masih setia bergelung di dalam selimut. Sepertinya, tidak akan buru-buru untuk segera beranjak dari tempat tidur jika seperti ini.
Salah satu sang pemilik kamar, menggeliat dan mulai memasuki netranya dengan cahaya yang ia dapat dari jendela.
Ia melirik tubuhnya yang dipeluk, lalu pandangannya beralih ke sang pemilik tangan tersebut.
Mengusap surai yang sudah agak panjang dengan lembut. Pagi yang sangat indah.
Matanya melirik jam dinding, yang kini menunjukkan pukul 08:30. Sudah lumayan siang untuk ukuran mereka bangun tidur.
Dirinya merasakan ngilu ketika ada pergerakan di kakinya. Dan mengamati selimut itu dengan lamat-lamat, kemudian tersenyum merona. Tangannya ia angkat dan menutupi wajahnya. Baru sekarang ia merasakan malunya. Bahkan semalam, tidak ada kata malu dan lebih merasakan nikmat yang luar biasa.
"Sayang, kenapa?"
"Bagas, aku kaget tahu."
"Kamu kenapa, hmm?"
Ya, sang pemilik kamar dengan gorden yang belum terbuka sepenuhnya itu, milik Rasya dan Bagas.
Bagas menurunkan ke-dua telapak tangan milik Rasya, lalu ia mengecupnya.
Rasya masih bungkam atas pertanyaan Bagas. Ia melihat wajah Bagas sebentar, lalu tersenyum malu. Pipinya tiba-tiba memanas dan memunculkan rona kemerahan.
"Hei, are you okay?"
"A-- aku, a-- aku ... malu." Rasya menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Bagas, yang tanpa lapisan apapun di sana.
Bagas terkekeh dan kini merengkuh tubuh Rasya di dalam dekapannya. Mengusap punggung dengan lembut.
"Sayang, bahkan kamu semalam sangat liar. Aku suka kamu yang seperti itu jika berdua sama aku." Bagas sengaja semakin menggoda Rasya. Karena ia merasa lucu dengan tingkah istrinya yang salah tingkah itu.
Rasya makin menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Bagas. Sepertinya itu tempat ternyaman untuk menyembunyikan wajahnya yang merona.
Tanpa mereka sadari, mereka masih sama-sama dengan keadaan tanpa busana apapun. Hanya sebuah selimut, yang dapat menutupi tubuh polos mereka.
"I love you, Sya."
Rasya mendongak, menatap wajah Bagas dengan intens.
"I love you too, Bagas."
Kemudian, kegiatan panas itu terulang kembali. Tanpa ada penganggu tentunya. Bahkan mereka tak peduli akan waktu yang sudah semakin siang, juga perut yang harusnya terisi oleh makanan.
________
Heyy yoo :)
Adegan ranjang Bagas dan Rasya 😶
Gak akan aku jelasin secara detail scene itu, karena ini bukan genre mature content. Jadi tidak usah dijabarkan sedemikian rupa.
Ok segitu aja dan tunggu di part selanjutnya ...
Thank you ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Teen Fiction16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...