Selamat membaca ...
________
Rere sejak tadi mundar-mandir di depan kelas, dengan Rasya yang bersandar di tembok pembatas lantai dua kelasnya, sambil tangannya bersidekap dada."Gue pusing deh lihat lo bolak-balik gak jelas kaya gitu." Rasya menegur Rere.
"Gue tuh lagi penasaran dan kesel sama yang namanya Farhan. Mana belum nongol lagi tuh, batang hidungnya." Rasya mengernyitkan dahinya dan mulai bertanya kembali.
"Kenapa sama Farhan?"
"Gue lihat di instagramnya dia, lagi boomerang bareng cewek. Jadi dia di tag gitu loh."
"Dan lo cemburu banget karena dia sama cewek itu, bener?" Rere pun mengangguk.
Rasya menghampiri Rere dan menangkup ke-dua pipinya menggunakan telapak tangannya.
"Gue heran sama lo, kenapa masih bertahan sama orang kaya dia. Gue bahkan gak ngerti dengan perasaan dia sebenernya ke lo itu, seperti apa. Hanya main-main atau serius. Selama ini yang gue lihat, hanya abu-abu, gak ada kejelasan. Lo berasa di gantung. Dia dengan segala perhatiannya, dan lo dengan segala kebaperannya." Rasya melepaskan telapak tangannya dari pipi Rere. Kemudian menyeret Rere untuk masuk ke kelas. Ia tidak ingin Rere terlihat gusar seperti tadi.
"Sekarang duduk, tenangin diri lo. Bicarain baik-baik sama Farhan nanti. Gak usah kelihatan gusar, kesal, dan penasaran. Nanti dia besar kepala. Pancing dia supaya ada kejelasan di hubungan kalian." Rere mengangguk dan mulai tersenyum atas apa yang Rasya ucapkan. Setidaknya dapat membuatnya tenang.
Bagas, Doni, dan Farhan memasuki kelasnya dengan bersamaan. Bagas dan Rasya memang berangkat bersama, tapi Bagas memilih untuk bergabung berasama Rio yang masih duduk di atas motornya, di parkiran. Juga sembari menunggu Doni dan Farhan datang juga.
"Muka lo kusut amat, setrika dulu, geh!" ujar Doni melihat raut wajah Rere yang bisa dibilang mode bad mood.
Rere hanya memutar bola matanya malas, kala mendengar ucapan dari mulut Doni. Ia tidak menghiraukan hal itu.
"Han, cewek lo tuh, lagi merajuk." Doni mengadu pada Farhan seraya mengangkat dagunya, menunjuk ke arah Rere.
Farhan meletakkan tasnya di meja, kemudian meraih tangan Rere dan membawanya pergi begitu saja. Rasya yang di samping Rere memberi semangat pada sahabatnya itu sebelum pergi, agar urusan mereka benar-benar cepat selesai.
***
"Woy, sabi lah kita ngantin bareng. Di warung samping aja gimana? Lebih tenang hawanya." Rio datang bersama Disha disampingnya, ke ruang kelas XI IPS 3. Ia mengajak Bagas, Doni, Farhan, Rasya, dan Rere.
"Boleh lah boleh," jawab Doni.
Kemudian mereka segera beranjak dari kelas menuju warung samping sekolah. Warung Beh Narin, namanya.
Saat sampai, mereka semua segera memesan makanan. Sambil menunggu hidangan datang, mereka mengobrol santai.
"Gimana persiapan ujian?" tanya Bagas pada Rio.
"Tenang, udah siap gue. Tinggal gerr aja," jawab Rio sambil tertawa.
"Kayanya gue gak pernah lihat dia lagi disekitaran lo atau pun gue. Kemana dia?"
"Sibuk sama ceweknya. Lebih tepatnya si, mengenang masa lalu." Bagas mengangguk mengerti, ia tidak ingin bertanya lebih. Lantaran disini ada banyak orang, ia tidak ingin privasi seorang Rio terbongkar begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Teenfikce16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...