Bab 17

277 12 0
                                    

Hari ini, di mana kamu yang mulai perhatian padaku.
Di mana aku merasa, kamu yang mulai mengatur hidupku.
Aku seolah tak acuh, dan ... apa aku salah?

________

"Makasih, Gas," ujar Rasya saat baru saja turun dari motor milik Bagas.

Rasya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat memakai helm. Ia segera menyerahkan helm-nya pada Bagas. Kemudian mereka berjalan beriringan menuju kelas.

Setelah sampai, ia segera masuk. Tapi sebelum itu, tas-nya di tarik oleh Bagas yang berada di belakangnya.

"Kenapa lagi, sih?" tanya Rasya malas.

"Gue ke kantin dulu. Lo ...," Bagas memajukan wajahnya dan mendekatkan mulutnya di daun telinga Rasya.

"Jangan rindu." Bagas mengacak rambut Rasya pelan seraya tersenyum. Tanpa ada jawaban, Bagas menjauh hingga tak terlihat lagi di koridor.

Rasya sedari tadi menahan degup jantungnya yang sudah tidak terkontrol. Ia sedikit meremang saat Bagas membisikkannya tadi. Mulai menggelengkan kepalanya berkali-kali, dan masuk ke dalam kelas.

"Sya, gue gak salah lihat, kan? i-- itu beneran Bagas, Sya?" Rere terkejut dengan perlakuan Bagas pada Rasya.

Baru kali ini, ia melihat adegan romantis dari mereka berdua. Secara langsung pula.

"Apaan sih, Re. Lebay lo ah."

"Heh, gimana gue gak lebay coba. Bayangin seorang Bagas, musuh yang suka jahil-in lo, dari baru masuk sekolah ini sampai sekarang udah di kelas ini. Dan tadi ... gue melihat adegan yang kaya di drama korea woeeyy. Gemoyyy gue." Rere berucap dengan nada lebay menurut Rasya. Tidak habis pikir dengan pemikiran sahabatnya itu.

"Re ...," Rasya mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas. Banyak dari mereka yang belum datang, setelah itu ia mulai berbicara kembali pada Rere.

"Gue terima perjodohan itu," ucapnya dengan pelan.

Rere melotot mendengar Rasya berkata seperti itu. Ia memegang tangan Rasya juga memegang pipinya.

"Lo serius? Ini gue lagi gak mimpi kan, Sya?" Rasya segera menurunkan tangan Rere dari pipinya.

"Gue serius, entah keputusan gue ini bener atau enggak. Tau ah, gue pusing, sumpah." Rasya menelungkupkan wajahnya ke atas meja.

"Gue yakin ini keputusan terbaik lo, Sya. Gak ada salahnya lo terima hal ini, gue yakin Bagas bakalan sayang sama lo, begitu-pun sebaliknya." Rere menasihati Rasya, agar tak terlalu di pikirkan soal di terimanya perjodohan mereka.

Tak lama kemudian Bagas kembali dengan kresek hitam di tangan kanannya.

Bagas mengacak rambut Rasya yang masih menelungkupkan wajahnya, entah sudah tertidur pulas atau belum.

"Ini buat Rasya, ada dua kalo lo mau." Selesai berucap Bagas segera mendudukkan bokongnya di kursi miliknya dan Doni.

Rere tersenyum kala melihat Bagas yang perhatian pada sahabatnya. Ia membalikan badannya dan berucap terima kasih. Karena sudah membelikan lebih untuknya juga.

"Sya, bangun." Rere membangunkan Rasya dengan mengguncang pundaknya dengan pelan.

Rasya bingung dengan Rere yang menyodorkan kresek hitam sedang ke arahnya.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang