Bab 38

215 10 0
                                    

Akhir dari sebuah penantian berharga.
Jujur ... sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata.
Intinya, kamu menjadi milikku selamanya.

________


Hari ini, di mana keluarga Damian dan Frans, berkumpul di sebuah restoran yang cukup mewah. Mereka memilih tempat di lantai tiga--- tepatnya bagian rooftop--- agar lebih privasi.

Banyak hidangan yang memenuhi meja mereka. Dentingan sendok, garpu, serta pisau kecil terdengar dari sana. Tak ada sepatah kata apapun yang keluar, ketika sedang serius menyantap makanan tersebut.

Hingga beberapa menit kemudian, mereka semua berhenti untuk menyantap, lantaran sudah cukup kenyang. Damian dan Frans mengobrol sebentar urusan kerjaan, sebelum membicarakan hal inti dari perkumpulannya malam ini.

Setelah semuanya lebih santai, Frans serta Damian membuka mulut mereka untuk membicarakan hal yang lebih serius.

"Ehem. Saya selaku Ayah dari Bagas Emilio, ingin segera menyelenggarakan pernikahan anak saya dan Rasya Abigail."

"Saya selaku Ayah dari Rasya Abigail, juga ingin segera pernikahan anak saya dan Bagas Emilio berlangsung cepat. Karena ... semakin cepat akan semakin baik, bukan?"

"Nah, saya selaku Ibu dari Bagas sangat setuju dalam hal ini. Karena jujur, saya sangat suka sekali dengan kepribadian Rasya yang tidak neko-neko."

"Saya selaku Ibu dari Rasya, setuju dengan itu semua. Tapi balik lagi pada Rasya dan Bagas, saya tidak ingin memberatkan salah satu atau ke-dua belah pihak. Jadi bagaimana Rasya dan Bagas, kalian siap?"

"Bagas sangat siap. Kebetulan, Bagas pun sedang mengikuti jejak Papah dalam bekerja. Om dan Tante tidak perlu khawatir untuk biaya Rasya nanti, ketika kami sudah berumah tangga. Juga ... saya sedang merintis usaha kecil-kecilan, yang kebetulan itu ide dari sahabat saya."

Rasya menatap Bagas, ia cukup terkejut atas ucapannya itu. Selama ini ia tidak tahu, jika Bagas sedang merintis usaha. Yang ia tahu hanya meneruskan perusahaan Frans--- papahnya.

"Rasya," tegur Damian.

"Ah, maaf-maaf. Rasya gak fokus gini," ujar Rasya tak enak pada semuanya.

"Gak apa-apa, Sya. Kamu kenapa sayang, gak enak badan? Kalau kamu lagi gak enak badan, lebih baik istirahat aja ya. Kita tunda unt ...."

"Enggak, Tante. Rasya baik-baik aja." Kemudian menghela nafas dan mengatur detak jantungnya yang kini berdebar sangat kencang.

"Aku mau. Aku setuju jika pernikahan kami di percepat. Mungkin awalnya banyak kekhawatiran dalam diri aku untuk nikah di usia muda, seperti sekarang ini. Tapi aku yakin, aku dan Bagas bisa menjalankan pernikahan dan hidup berumah tangga seperti Mamah, Papah, Om, dan Tante jalankan."

Mereka semua tersenyum lega atas penuturan Rasya, yang tidak ada penolakan dalam rencana ini. Akhirnya mereka menjadi sepasang suami-istri sungguhan, dan para orang tua mereka yang tadinya berstatus sahabat kini berganti menjadi keluarga.

Sangat bahagia bukan? Keinginan dulu sang mendiang ibu dari Marinka, kini sudah terwujud.

Mereka berharap, kebahagian ini awet hingga mereka tutup usia.

***

Sejak kepulangan dari restoran. Marinka kini sedang di sibukkan untuk melihat-lihat baju pengantin, yang akan Rasya dan Bagas kenakan nanti.

"Mah, udah jam segini, istirahat aja gih! Kan bisa besok buat milih baju pengantinnya." Rasya menasihati Marinka.

Marinka hanya tersenyum dan kembali ke layar ponselnya.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang