Bab 65

216 3 0
                                    

Selamat membaca ...

________


Hari ini, tepat di mana food court yang dibangun oleh Bagas, diselenggarakannya grand opening. Dari ke-dua orang tua mereka, Wanda, Frans, Marinka, dan Damian ikut serta di dalamnya. Tak lupa juga dengan sahabat-sahabat mereka berdua, Rere, Farhan, Doni, Amel, Rio, Disha, bahkan Fathur, Queena, Prita, dan Idgar--- teman kelas Prita, juga yang bekerja sama untuk menolong Rasya--- berada di sana. Orang tua Amel berhalangan hadir, lantaran ada acara fashion week yang diselenggarakan di Hotel Brilian. Dan Sarah diminta agar menunjukkan fashion designnya untuk dijadikan model.

Banyaknya jajanan, serta latar yang indah, membuat mereka takjub dan terkagum akan suasana itu. Terlebih, ada halaman luas untuk spot foto atau bermain bersama anak-anak mereka (bagi yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak kecil).

Rasya yang memperhatikan itu sangat senang. Sejak tadi ia pun belum juga memudarkan senyumnya.

Oh iya, kebetulan juga ini hari libur. Makanya mereka menyempatkan untuk berkunjung dan memulai membuka food court secara besar-besaran.

Ekspektasi mereka sangatlah jauh di luar dugaannya. Karena yang berkunjung ke tempat ini sangat lah banyak. Belum lagi, harga yang ditentukan sangat-sangat interesting sekali. Ini sudah ide Bagas, selama dua minggu harga makanan serta minuman masih dalam harga diskon, karena baru dibukanya tempat ini. Setelah dua minggu kemudian, barulah memasang harga normal, dan itu pun masih harga standar/tidak terlalu mahal.

"Makasih ya, Prita. Udah dateng ke sini. Gue pikir lo sibuk," ujar Rasya pada Prita yang duduk bersejajar dengan Idgar juga sahabat Bagas.

"Sama-sama, Sya. Kebetulan, gue sama Idgar lagi gak ada kelas hari ini, paling tugas doang yang masih numpuk." Prita menjawab seraya terkekeh.

"Thur, lo ngisi acara, gih! Nyanyi tuh sama Queena." Bagas menitah Fathur untuk naik ke atas panggung musik yang tersedia di sana.

"Tau nih, punya bakat nyanyi dan main musik tuh jangan dipendem doang." Kali ini Rio yang berujar.

Fathur pun mengangguk dan tersenyum. Dirinya meng-iyakan ucapan Bagas dan Rio. Kemudian Fathur menggeret lengan Queena agar berjalan bersisian dengannya, menuju panggung musik.

Tak lama kemudian, Rio dan Idgar, menyusul untuk mengiringi mereka berdua dengan alat musik lain.

Sebelum itu, Rio menyambut para sahabatnya serta para orang tua Rasya dan Bagas, juga pengunjung yang ada di sana. Seusai penyambutan, mereka mulai membunyikan alat musiknya dengan nada dan alunan yang indah juga seirama.

Kini, mulailah Queena membuka suaranya yang merdu. Bahkan pengunjung di sana terpana akan suara Queena. Setelah Queena bernyanyi, disambut kembali dengan suara Fathur. Memang ya, anak-anak SMA Taruna Bangsa mempunyai bakat yang baik. Bukan hanya dalam bidang akademik saja, tetapi non akademik juga mereka kembangkan.

"Kerja Bagus. Papah gak nyangka kalau kamu bisa membuat ini semua tanpa bantuan Papah. Bangga Papah sama kamu." Frans berujar pada putra satu-satunya itu.

Bagas tersenyum pada Frans. Lantaran, ia bisa membanggakan ke-dua orang tuanya, juga ke-dua orang tua Rasya. Dengan begini, mereka tak meragukan lagi pada Bagas, dalam hal tanggung jawab untuk rumah tangganya.

"Semoga terus maju dan berkembang, ya, Bagas. Ini adalah awal karirmu, tetap semangat." Damian pun memberi support pada Bagas. Dan Bagas pun bahagia mendengarnya. Mereka benar-benar memberi dukungan penuh terhadapnya. Tidak mesti harus mengikuti semua urusan kantor yang digeluti papahnya, dia yang ingin keluar zona sendiri saja membuat dua pasang orang tua itu sangat bangga.

***

Dua hari kemudian ...

Semua murid kelas dua belas sedang sibuk untuk persiapan ujian praktek minggu depan. Jadi sekarang, mereka tengah mempelajari hal-hal yang akan dipraktekan nanti. Setiap kelas--- di kelas dua belas--- banyak yang saling bekerja sama. Tak ada kata main-main, atau pun memikirkan ego masing-masing. Karena menurut mereka, ini kali terakhir mereka akan mengenyam bangku SMA. Sebelum itu, mereka juga ingin semua lulus seratus persen tanpa ada yang tertinggal.

Bahkan Rasya dan Rere enggan untuk keluar kelas, ketika bel istirahat sudah dibunyikan. Mereka lebih memilih untuk menonton drama musikal di laptop milik Rere. Itu termasuk hal yang harus di pelajari untuk ujian praktek nanti. Bahkan dialognya pun sudah dibagikan, sejak dua minggu yang lalu. Mereka, satu kelas kompak untuk mempelajarinya. Tapi tetap, Rasya dan Rere ingin melihat lebih jelas, bagaimana cara yang baik dan tidak monoton dalam pertunjukan drama musikal.

"Yang, mau aku beliin apa?" tanya Bagas saat ingin beranjak pergi ke kantin.

"Emm, siomay deh, sama camilan juga ya." Bagas pun mengangguk

"Han, aku juga ya, samain sama Rasya." Farhan pun mengangguk dan tersenyum. Setelah itu Bagas, Farhan, serta Doni pergi dari kelas menuju kantin bersama.

Untuk kali ini, Doni lebih fokus diam di kelas. Karena ia tak ingin jika nanti sudah ujian jadi tidak fokus, Amel yang memang dekat dengan Doni memaklumi hal itu. Karena menurut Amel, ia juga akan merasakan hal yang sama ketika sudah kelas dua belas nanti.

"Perhatian-perhatian." Sang ketua kelas berdiri di depan. Semua murid langsung menatap ke arahnya, termasuk Rasya dan Rere.

"Gue mau nyampein, minggu depan kita udah ujian praktek, untuk kali ini kita harus kerja sama, ya. Jangan apa-apa sendiri, karena kita saling membutuhkan dan membantu. Kalau ada yang gak ngerti saling bertanya, dan kasih jawaban yang baik. Kalian mau kan, kalau kita lulus semua?" Dan semuanya mengangguk juga berkata mau dengan serempak.

"Nah maka dari itu, kita jangan lo-lo, gue-gue. Rangkul teman-temannya yang gak bisa, jangan mau pintar sendiri. Ini juga pelajaran buat gue, supaya kita bisa bekerja sama di dalam satu kelas. Selama ini, kita kebanyakan terlalu masing-masing. Ingat ya, ujian praktek drama musikal yang kita pelajari sejak dua minggu kemarin, harus kompak. Ok, segitu aja hal yang mau gue sampein, terima kasih sebelumnya." Sang ketua kelas mengakhiri percakapannya dan mulai duduk kembali bersama temannya.

Sekembalinya Bagas, Farhan, dan Doni. Rasya dan Rere langsung melahap makanan yang mereka pesan. Kebetulan juga, perut mereka sudah sangat lapar sejak tadi.

Tak lupa juga Rere bercerita perkataan sang ketua kelas mereka tadi, di sela-sela makannya. Dan mendapat anggukan dari Bagas, Farhan, dan Doni.

________

Cuma bisa kasih segini aja, huhu 😥

Tunggu di part selanjutnya ...

Thank you ❤

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang