Tingkahmu yang seperti ini, membuatku bingung.
Karena kau yang tadinya tak acuh, kini seperti orang yang tak ingin aku di dekati lelaki manapun.Pertanyaanku, apakah kau cemburu?
^Rasya Abigail"
________
Akibat uring-uringan atas kejadian kemarin. Bagas yang baru bangun tidur, kini terdapat penampilan yang bisa di bilang berantakan. Rambut yang awut-awutan, wajah yang kusut, dan jangan lupa ... sekarang ia hanya memakai bokser bermotif pulkadot tanpa memakai kaos, alias telanjang dada. Sungguh mulia sekali penampilan Bagas pagi ini.
"Ishh anjir, penampilan gue miris banget." Bagas berucap pada dirinya sendiri seraya bercermin, meringis mendapati penampilannya saat ini. Tanpa lama lagi, ia segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan semua bagian tubuhnya. Agar pikirannya pun kembali segar.
Selesai memakai seragam lengkap, ia pun menyampirkan tas di bahu kirinya. Setelah itu turun ke bawah untuk sarapan.
"Pagi Mah, Pah." Bagas menyapa Wanda juga Frans yang sekarang berada di meja makan.
"Pagi sayang," jawab Wanda.
"Acaranya besok kan, Gas?" tanya Frans
"Iya, Pah. Besok acaranya di mulai, Papah dateng, gak?"
"Dateng deh, sekalian mau ketemu Darma," jawab Frans.
Darma adalah kepala sekolah SMA Taruna Bangsa, lebih lengkapnya adalah Gundarma Aji Wira. Teman seperjuangan Frans, sejak SMP hingga lulus SMA. Mereka berpisah saat sudah memasuki masa kuliah.
"Mamah ikut juga gak?" tanya Bagas di sela memakan sarapannya.
"Hmm, boleh. Rasya hadir gak?"
"Always, Mah. Kebetulan dia bagian dokumentasi buat acara besok."
"Ok kalo gitu, Mamah juga ikut ah." Wanda tersenyum riang lantaran Rasya hadir pada acara besok. Bagas yang melihatnya pun menggelengkan kepala. Kemudian ia pamit pada Wanda dan Frans untuk ke sekolah.
Kali ini Bagas menggunakan motornya, bukan mobil. Ia hanya ingin cepat saja sampai sekolah. Terlebih, sepertinya nanti akan free class.
***
Ketika sampai, sekolah sudah mulai ramai. Bagas turun dari motornya dan mengacak rambutnya sebentar. Berjalan dengan langkah yang bisa di bilang cool.
Bagas kali ini memakai hoodie hitam dengan tulisan kecil di tengahnya, you shut up.
"Gas, sini! Kita mabar," ajak Farhan yang ada di bangku pojok bersama Doni.
"Pagi-pagi udah ngajak mabar aja lo pada. Udah pada sarapan belom?"
"Udah dong, nasi uduk mpok Ijah seperti biasa," jawab Doni santai.
Bagas menatap Farhan, karena ingin tahu sudah sarapan apa belum. Terkadang Bagas ini jika sudah menyangkut sahabatnya, hal kecil apapun dan menurut orang lain itu sepele, ia akan menanyakannya.
Farhan memutar bola matanya jengah, "Udah abang Bagasss, tadi beli bubur ayam Pak Tatang."
"Sipp, kalo udah semua." Bagas duduk di samping Doni dan memilih memainkan ponselnya, tidak mabar, hanya membuka sosmednya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Ficção Adolescente16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...