Selamat membaca ...
________
Pada pukul 08:00 pagi, Bagas disibukkan dengan kegiatan kuliahnya. Sementara Rasya rehat di rumah, agar dirinya tidak terlalu lelah. Usia kandungannya masih terlalu muda, jadi masih banyak kekhawatiran dari suaminya dan orang tuanya terutama mamah Wanda dan mamah Marinka.
Rasya baru saja selesai membereskan ranjangnya yang cukup berantakan. Juga membuang sampah kertas yang ia temukan di kolong ranjang tersebut. Padahal sudah tersedia keranjang sampah berukuran sedang di sana, tapi tetap saja ada sampah kertas ke luar hingga ke kolong ranjangnya.
Sehabis membereskan ranjang serta seisi kamar. Rasya memutuskan untuk duduk dahulu sebentar di kursi luar balkon. Sekalian untuk menjemur badannya. Cuaca pun cukup terik di pagi ini.
Baru beberapa menit Rasya duduk, kini matanya teralihkan pada nakas, yang ponselnya berbunyi, menandakan jika ada telepon dari seberang sana. Langkahnya memasuki kamar dan mendudukkan bokongnya disisi ranjang, kemudian meraih ponsel dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo."
" ... "
"Maksudnya, apaan sih?"
" ... "
"Halo, halo, hey halo."
Dahi Rasya mengerut tanda bingung akan panggilan masuk tersebut. Seseorang menelepon dan berucap, jika orang itu akan menghabiskan Rasya. Kemudian sebelum ditutup panggilan tersebut, orang itu berujar kembali dengan kata, ucapkan selamat tinggal pada dunia Rasya. Itu yang membuat Rasya bingung sekaligus was-was.
Ucapannya seperti bukan main-main. Ini sama halnya dengan sebuah ancaman dan perintah agar Rasya bisa enyah dari muka bumi ini.
Tapi yang jadi pertanyaannya, siapa yang menghubunginya barusan? Apa motif orang tersebut memberi ancaman padanya?
Drrt drrt
Notifikasi tanda pesan masuk pada ponsel Rasya. Ia segera mengecek kembali dan mulai membaca dengan teliti.
Isi pesan tersebut ialah ...
Jika lo ingin tahu siapa gue, temui gue di alamat yang tertera. Gue akan kasih kejutan buat lo, oh ya satu lagi, lo datang sendiri tanpa ada orang disisi lo.
Lo kenal Renaya Kalila bukan? Sahabat tercinta lo, sekarang dia sama gue, hidupnya terancam. Kalo lo gak mau dia mati ditangan gue, lo ke sini, ok :)
Ingat ya, sendiri!Saat Rasya melihat nama sahabatnya, hatinya langsung mencelos. Rasa-rasanya ia lemas bukan main jika Rere kenapa-kenapa.
Rasya benar-benar nekat tanpa menghubungi salah satu sahabat Bagas sekaligus Rerenya sendiri. Ia tidak memastikannya terlebih dahulu, apa Rere memang benar-benar di sekap atau tidak. Bermodalkan uang, ponsel, serta diri sendiri, Rasya melangkahkan kakinya ke alamat tersebut.
Tak ada keraguan atau kecurigaan dalam diri Rasya. Pun ia pergi dengan menggunakan taksi online.
Jika di perhatikan, bisa saja ini hanya sebuah jebakan. Tapi Rasya nekat untuk datang ke alamat itu sendiri, lantaran dirinya terlalu yakin. Terlebih nama sahabatnya disebut-sebut dalam pesan tadi.
***
Bagas mengernyit kala ada panggilan dari Rere di ponselnya. Lalu ia buru-buru mengangkatnya."Halo, kenapa, Re?"
"Bagas, Rasya kok gak ada di rumah? Abis kelas, gue langsung mutusin ke rumah lo. Tapi dia malah gak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Teen Fiction16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...