Bab 10

458 23 0
                                    

Jangan mencoba untuk menyentuhnya.
Jika berani sentuh, urusanmu kini denganku.
Tak akan ku biarkan itu terjadi, karena bogeman mentah akan mendarat di wajahmu.

^Fathur Geofahri^

________


Rasya kini sedang mempersiapkan kamera untuk di bawa ke sekolahnya. Karena lusa sudah di adakannya acara tersebut. Sekalian ia juga ingin mencoba membidik disana, angel mana saja yang pas di ambil ketika acara nanti.

"Sya, udah siap?"

"Bentar lagi, Mah. Ini aku mau ganti lensa kamera dulu. Lupa nyiapin semalam," jawab Asya.

"Ya udah, abis itu langsung turun ya. Temen kamu udah nunggu dari tadi." Asya mengernyit, siapa yang menunggunya pagi ini? Jika itu Rere, pasti sudah menghubunginya sejak tadi. Bagas, jelas jika orang itu Mamahnya pasti langsung bilang.

Selesai menyiapkan peralatan kamera, ia segera menyambar tas dan  di sampirkan di bahu kirinya. Bergegas menuruni tangga dengan cepat, karena ia penasaran dengan tamu pagi ini.

Ketika di pijakan terakhir ia melihat orang yang di bilang Mamahnya tadi.

"Fathur. Kok bisa?"

"Maaf gak bilang dulu, gak apa-apa kan kalo pagi ini gue jemput?"

"Ah, iya, santai aja. Gak apa-apa kok, sekali-kali gue di jemput ketos pagi-pagi gini, hal yang menarik." Asya berbicara sambil tersenyum jenaka, dan Fathur pun ikut tersenyum lantaran pembicaraan Asya yang kelewat santai.

"Gue mau sarapan dulu, lo udah sarapan?"

"Silahkan aja! Tenang, gue udah sarapan tadi di rumah." Asya pun mengangguk dan segera pergi ke meja makan, karena disana sudah ada Damian juga Marinka yang masih sarapan.

"Maaf, Mah, Pah. Aku ngobrol bentar sama Fathur," ujar Asya tak enak ketika dia mendudukkan bokongnya di kursi.

"Gak apa-apa, makan gih. Papah masih ngopi ni," jawab Damian.

"Teman kamu gak di ajak, Sya?"

"Udah, Mah. Tapi katanya udah sarapan di rumah."

Selesai sarapan, Asya dan Fathur pamit untuk pergi ke sekolah bersama. Tak lupa mereka mencium punggung tangan Damian juga Marinka, serta mengucap salam ketika melesat pergi.

Udara masih terasa sejuk, karena saat ini masih pukul 05:54. Jelas Fathur berangkat sepagi ini, karena berhubung dia itu ketos juga sekalian menjemput Asya. Pun kerjaannya memang sangat banyak di sekolah, lantaran lusa sudah mulai di adakannya acara.

Biasanya Asya berangkat jam enam pas atau lewat lima belas menit. Kini ia berangkat sepagi ini bersama laki-laki yang menjabat ketua OSIS di sekolahnya. Jujur ia merasa senang, karena bisa dekat kembali dengan Fathur. Dia orang yang friendly, berwibawa, pintar, dan yang pasti dia tampan. Fathur juga tidak banyak tingkah, seperti jahil atau apapun itu.

Beberapa hari mengenal Fathur, dia jadi tahu jika Fathur itu tipe orang yang membuat si lawan bicaranya merasa nyaman. Asik jika di ajak ngobrol, maka dari itu Asya merasa nyaman berteman dengannya.

Akhirnya mereka sampai di sekolah. Murid yang sudah datang, kini melihat ke arah mereka. Ketua OSIS tampan memboncengi seorang Rasya. Banyak dari mereka terutama siswi, menganggap jika Rasya centil. Hal itu jelas tak di anggap olehnya, karena kenyataan tidak seperti itu.

"Makasih loh, sampe di anterin ke depan kelas segala."

"Sama-sama. Gak apa-apa kali, santai aja. Takutnya temen-temen lo belum pada dateng."

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang