Selamat membaca ...
________
Hari ini Rasya tidak masuk sekolah. Bagas menitah Rasya untuk tidak usah berangkat hari ini, keadaannya pun baru pulih. Dirinya takut Rasya kenapa-kenapa, jadi Bagas meminta Rasya untuk rehat saja di rumah. Bagas juga menitipkan Rasya pada Rere, agar Rere nanti menemaninya, ketika sudah jam pulang sekolah. Karena kerjaan Bagas benar-benar padat hari ini, takutnya keburu malam jika menunggu dirinya pulang kantor. Terlebih Rasya benar-benar sendirian.Bagas dan Rasya sepakat untuk tidak memberitahukan hal ini pada Marinka, Damian, Frans, juga Wanda. Lantaran mereka berdua tidak ingin mereka khawatir. Pun mereka juga sudah berumah tangga, biar saja ini menjadi tanggung jawab mereka berdua.
Sedari tadi, Rasya hanya diam di dalam kamar. Ditemani dengan musik yang ia setel melalui ponselnya menggunakan speaker bluetooth kecil.
Duduk di karpet dengan camilan kering juga minuman hot milk caramel. Pandangannya menatap keluar balkon yang ia buka gorden serta pintunya. Langit dipagi hari ini, sungguh cerah. Bahkan bibirnya melengkung ke atas, menandakan ia bahagia melihat langit di atas sana.
Kasus yang dialaminya kemarin, sungguh membuat geger satu sekolah. Karena Jihan dan Zeva, diumumkan di speaker sekolah untuk ke ruang BK bersama. Hal itu awalnya penuh tanda tanya dari semua murid. Tapi entah siapa yang mengatakannya duluan--- jika Zeva dan Jihan mencelakai seorang Rasya--- juga katanya dia adalah saksi mata ketika Zeva menggeret paksa Rasya--- dan sampailah ke mulut-mulut murid yang lain. Sehingga banyak asumsi dari mereka yang mengatakan Jihan dan Zeva yang benar-benar mencelakai Rasya. Terbukti dengan Rasya tidak masuk sekolah hari ini dan kemarin izin untuk pulang terlebih dahulu bersama sahabatnya.
Rasya menghela nafas pelan. Ia mendapat laporan itu semua dari Rere. Karena sedari tadi dirinya penasaran, bagaimana dengan kasusnya kemarin, juga keadaan Zeva dan Jihan di sekolah. Ternyata mereka sudah dilaporkan dan ada panggilan resmi untuk ke-dua orang tua mereka masing-masing. Entah hasilnya bagaimana, mereka masih di sidak dalam ruangan BK bersama Wali Kelas mereka berdua, sekaligus Kepala Sekolah.
Sebenarnya Rasya terkejut, kasus ini begitu melebar sampai semua murid tahu. Bahkan ada Kepala Sekolah juga didalamnya. Dirinya juga berpikir, jika hal ini ada yang benar-benar melaporkan secara pribadi dan resmi. Apa itu perbuatan suaminya? Karena kemarin ia sempat curiga, ketika Bagas ingin mengatakan sesuatu pada Farhan di luar ruangan rawat inap.
Lamunan Rasya buyar, tatkala ponselnya berdering, tanda ada panggilan masuk.
Setelah di cek, ternyata itu mamahnya--- Marinka--- yang menelepon. Ia pun langsung mengangkat juga mengobrol dalam panggilan tersebut.
***
"Lo, kan, yang sengaja laporin gue?" tanya Jihan ketika mereka sedang berada di toilet.
"Lo pikir dong, kalau gue yang laporin, harusnya gue gak ada di ruangan sialan itu."
"Ini semua gara-gara lo, ya Zev. Lo udah bikin rencana gue gagal BANGSAT!"
Zeva menahan lengan Jihan yang baru saja ingin menamparnya. Ia menghempas lengan Jihan begitu saja dengan tatapan bengisnya.
"Bego jangan dipelihara ya, Jihan. Lo sendiri yang udah nyelakain Rasya. Udah gak ada gunanya lagi lo nyesel, karena itu perbuatan lo, lo yang goresin lukanya ke dia. Dan satu lagi ...," Zeva mendekatkan bibirnya ke telinga Jihan, kemudian ia berbisik dengan pelan namun menusuk. "Gue gak pernah nyuruh lo untuk terlibat dalam masalah gue kemarin, lo yang datang tiba-tiba. Jadi ... itu bukan salah gue." Zeva tersenyum miring dan keluar dari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Ficção Adolescente16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...