Selamat membaca ...
_______
"Makasih ya, Mah." Rasya berujar pada mamah Wanda seraya mengantar Bagas dan Rasya ke rumah mereka.
"Sama-sama, sayang. Oh iya Bagas, kamu istirahat dulu aja ke kamar. Mamah mau nemenin Rasya disini, sekalian buatin makan."
"Aku bosen rebahan mulu, Mah. Mending di sini aja, deh." Bagas menjawab seraya mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah.
Wanda dan Rasya pun mengangguk, kemudian mereka segera menuju dapur dan mulai berkutat dengan kompor.
***
Rasya dan Bagas hari ini memutuskan untuk berangkat sekolah bersama. Mereka menggunakan motor kali ini, di karenakan mobil Bagas masih ada di bengkel.
"Sayang, bawa bekel aja, deh. Udah jam segini juga, nanti takut telat." Bagas berujar pada Rasya seraya mengancing baju seragam putihnya.
"Ya udah, aku siapin dulu." Rasya langsung menyampirkan tas dipundak, lalu mulai menuruni tangga menuju dapur.
Rasya menyiapkan dua kotak makan sedang, untuknya juga untuk Bagas. Sengaja ia membuat dua kotak makan, karena mereka sama-sama belum isi makanan apa-apa di pagi ini.
Bagas berjalan menuruni tangga, kemudian melihat Rasya yang kini sedang menenteng paper bag ditangan kanannya.
"Ayo!" Bagas mengucapkan itu dengan menggenggam tangan Rasya.
Selama di perjalanan, tak ada suara dari mulut Rasya dan Bagas. Mereka memilih bungkam, terlebih banyak kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya. Jadi kalau pun ingin berbicara harus teriak dulu, dan itu membuat Rasya malas.
Ketika sampai di sekolah. Mereka berdua di sambut hangat oleh Rio, Disha, Farhan, Rere, Doni, dan Amel.
"Hai," sapa Rasya pada semuanya.
"Hai, sya. Maaf ya, kemarin gue gak jenguk Bagas." Rere menjawab dengan nada yang tidak enak.
"It's ok, lagian Bagas juga udah sembuh, kok."
Kemudian mereka semua segera melangkah menuju kelas. Dengan bersamaan dan diselingi canda dan tawa.
"Sial, kenapa harus bahagia, sih? Gue pengen lihat tuh cewek menderita." Seorang Zevanya melihat itu semua dari lantai atas. Ia merasa iri dengan kedekatan mereka. Ia tidak tahan melihat kebahagiaan yang ditunjukkan mereka, terutama si pemeran utama. Siapa lagi jika bukan Rasya dan Bagas. Ia hanya ingin Rasya menderita, dan itu juga cukup membuatnya bahagia. Setidaknya Rasya dan Bagas harus bisa berpisah.
"Gue gak akan biarin itu terjadi. Lo hanya perusak dihubungan mereka. Biar mereka bahagia dengan caranya sendiri, tanpa campur tangan orang picik kaya lo." Secara tidak sengaja, seorang Fathur mendengar apa yang diucapkan oleh Zevanya. Tidak akan ia biarkan itu terjadi. Awalnya, memang ia sempat kesal dengan yang namanya Bagas, juga sempat menyukai Rasya. Tapi sayangnya tak berlangsung lama dan ia juga salah mengartikan perasaannya itu. Setelah orang dimasa lalu kembali lagi bersamanya. Queena Adeline.
Fathur berjalan dengan langkah kaki cepat. Karena, bisa saja nanti kepergok oleh Zevanya. Dan nanti dirinya malah di sudutkan.
"Fathur," ucap Queena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Teen Fiction16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...