Bab 37

206 11 0
                                    

Sebuah kesiapan itu perlu. Bertindak sesuatu yang memang ada niat baiknya itu harus.


________


Hey yooo welcome back to me :)

So, get ready for this story!

Let's read ...

Kicauan burung merdu, terdengar begitu indah di telinga Rasya. Yang kebetulan baru saja menyelesaikan ritual mandinya.

Lantas, segera menyambar pakaian yang akan ia kenakan hari ini. Sebelum itu, ia menggosok rambut terlebih dahulu dengan handuk khusus rambut. Kemudian di keringkan menggunakan hair dryer.

Selesai dengan tatanan rambut, dirinya memakai seragam lengkap. Tak lupa dasi yang tersemat di kerah leher bajunya, juga kaos kaki baru yang di ambil dari laci khusus aksesoris seragam, kini bertengger di kedua kakinya.

Menatap cermin dan menyisir rambutnya dengan perlahan kembali. Tak lupa memakai krim pelembab, serta bedak tabur yang di ratakan ke seluruh bagian wajahnya. Lip balm dengan sentuhan warna merah muda alami seperti bibir, menambah kesan segar di mata yang melihatnya.

Perfect

Satu kata itu wajib tersemat di dalam diri Rasya pagi ini.

Segera mengambil tas, yang memang sudah terisi buku pelajaran hari ini. Karena semalam dirinya telah menyiapkan itu semua.

Keluar dari daun pintu kamarnya, lalu menuruni anak tangga dengan perlahan.

"Pagi, Mah, Pah." Rasya menyapa Marinka juga Damian, saat menjajaki meja makan.

"Pagi juga sayang," jawab mereka berbarengan. Marinka masih terlihat sibuk menyiapkan alat-alat makan untuk sarapan pagi ini.

"Mau aku bantu, Mah?"

"Boleh, Sya. Tolong ambil gelas sama piring ya. Mamah masih nyiapin sarapannya nih." Rasya mengangguk, kemudian menuju rak khusus gelas juga piring. Setelah itu, Rasya kembali dan di letakkan piring serta gelas ke meja makan.

"Sya, Papah mau bicara sebentar."

Rasya yang tadinya fokus pada susu vanila--- yang ia ambil dari kulkas tadi--- kini matanya beralih pada Damian.

"Papah, mau bicara apa?" tanya Rasya.

"Jika pernikahan kamu dan Bagas di adakan dalam waktu dekat ini, kamu mau? Ah ralat ... lebih tepatnya, kamu siap?"

"Pah, apa gak nunggu kami lulus dulu aja? Setidaknya setelah kami lulus sekolah, tidak banyak kekhawatiran dalam diri aku dan Bagas. Karena jika nanti kuliah, tidak ada peraturan mahasiswi yang tidak boleh hamil. Hal itu tidak mungkin terjadi bukan? Jika sudah menyangkut hal pernikahan juga rumah tangga?"

"Papah, Mamah, Frans, juga Wanda. Akan mengawasi kalian jika sampai kalian kebablasan."

"Apa bisa seperti itu? Apa jaminannya? Laki-laki dan perempuan, jika sudah dalam satu kandang dan terikat janji suci yang sah, apa boleh buat jika salah satunya atau keduanya saling ingin?"

Damian bergeming untuk sesaat. Benar, Rasya benar. Jika mereka di nikahkan waktu dekat ini, itu berarti hal-hal yang mereka khawatirkan akan terjadi. Karena mereka masih di bangku kelas sebelas, waktu yang di tempuh untuk lulus, masih ada satu setengah tahun lagi dari sekarang.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang