Kamu ada di depanku, kamu juga ada di relung hatiku. Tapi mengapa, menggapaimu itu sulit?
Jika aku di dekatmu, rasanya jauh. Jauh untuk memilikimu.
________
Sosok ketua OSIS kini sedang berjalan di koridor kelas sepuluh. Pesonanya sangat terpancar di sekitarnya. Terlebih ada senyum terbit dari dua sudut bibirnya yang berwarna merah muda alami. Membuat kaum hawa berdecak kagum akan ketampanan Fathur Geofahri.
"Selamat pagi, Kak."
"Pagi juga."
"Semoga hari ini menyenangkan."
"Haha, terima kasih. Kalian juga ya."
Fathur menggelengkan kepala atas tingkah adik kelasnya yang selalu menanyakan hal yang sama, setiap harinya. Memberi ucapan selamat pagi, siang, sore. Juga memberi ucapan semangat atau kata-kata bijak.
Selama bersekolah di SMA Taruna Bangsa, ia selalu di sambut dengan sangat baik oleh orang sekitarnya. Cukup senang dengan respon mereka yang seperti itu. Pun itu berarti, ia bisa menjaga wibawa-nya. Selama ini Fathur tidak pernah bermasalah dalam hal apapun di sekolah. Maka dari itu banyak yang mengagumi seorang Fathur.
"Rasya." Fathur memanggil Rasya, yang saat itu baru saja keluar kelas. Sepertinya ingin membuang sampah.
"Kenapa, Thur?" tanya Rasya. Saat sampah yang ada di tangan kanan-nya sudah terbuang di tong sampah besar depan kelas-nya.
"Nanti istirahat, makan bareng yuk di kantin!"
"Emm, kayanya gak bisa deh, Thur."
"Karena Renaya? Atau ... karena Bagas?"
"Hng?"
"Ya udah gue gak maksa kok." Senyum pias-nya masih terpasang di bibir Fathur. Hatinya merasa tidak rela, terlebih jika alasan yang di berikan Rasya itu ada pada opsi ke dua.
"Sorry. Gue, Bagas, Rere, Farhan, dan Doni ... istirahat bareng di kantin. Hmm bukan-nya gimana-gimana ya Thur, tapi gue gak bisa semeja sama lo. Karena gue gak enak sama mereka."
"It's ok, Sya, no problem. Mungkin lain waktu kita bisa makan bareng. Kalo gitu gue pamit ke kelas, belajar yang bener." Sebelum pergi Fathur sempat mengacak rambut Rasya pelan, dan itu membuatnya berdecak, tapi setelahnya tersenyum. Dalam artian yang berbeda, senyum karena tak enak pada Fathur yang sudah menolak ajakan-nya.
Setelah itu Rasya pun masuk ke dalam kelas. Yang saat ini sudah ramai orang.
Tapi, kenapa Bagas belum masuk ya? bahkan tas-nya pun tidak ada. Hanya ada tas Doni dan Farhan.
"Tadi lo ngomong apa sama Fathur?" tanya Rere. Ternyata Rere melihat interaksi-nya bersama Fathur di luar.
"Dia ngajak gue makan bareng di kantin, nanti istirahat."
"Terus lo mau?"
"Enggak. Gue harus jaga perasaan Bagas, Re."
"Ciiee, yang udah main jaga-jagaan perasaan segala." Rere berucap seraya mencolek dagu Rasya. Sang empu terkekeh juga salah tingkah atas ucapan sahabat-nya itu.
***
Bagas, Doni, dan Farhan duduk di bangku paling ujung. Mereka sedang menunggu kedatangan Rasya dan Rere, yang kebetulan sedang memesan makanan untuk mereka semua.
Sesekali ada candaan dalam obrolan mereka. Hingga akhirnya, Rasya dan Rere menaruh banyak makanan di meja.
"By the way, kapan-kapan kita jalan yuk!" usul Farhan di sela suapan-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Novela Juvenil16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...