She is mine
________
Warning 🔞
Maaf, di sini ada adegan yang meresahkan. Jika kalian belum cukup umur silahkan tinggalkan cerita. Terima kasih :)
Selamat membaca!
Dari sejak kemarin hingga hari ini, Rasya masih menampakkan raut wajah kesal. Bagas bahkan kena amuknya saat menjemput Rasya ke sekolah.
Rasya mendudukkan bokongnya di samping sahabatnya, yang kebetulan sudah terisi.
"Kenapa si, Sya? Pagi-pagi udah di tekuk gitu mukanya," ucap Rere.
"Bad mood." Rasya menjawab dengan singkat.
"Gara-gara apa, ni? Lo hutang cerita loh sama gue. Kemarin lo sama Bagas gak masuk dengan alasan yang sama. Sempet ketemu sama Om Damian, tapi dia cuma nanya kabar gue doang."
Rasya menoleh pada Rere, lalu memutar bola matanya malas.
"Kepo banget lo, sama urusan gue kemarin." Rere yang tadinya sedang mengecek aplikasi instagram miliknya, tiba-tiba kaget atas ucapan Rasya.
Plak
"Apaan si, Re. Malah di pukul tangan gue."
"Kesel abisnya sama lo. Gue nanya malah dibilang kepo, gak biasanya lo kaya gini tahu gak." Rere menekuk wajahnya malas, ia kesal dengan Rasya karena mengucapkan hal itu. Tapi ia buru-buru mengubah wajahnya menajadi tersenyum, lebih tepatnya senyum miring.
Rere mendekatkan wajahnya ke Rasya. Ia mulai berbicara dengan nada berbisik. "Lo lagi menstruasi ya? Atau efek pms-nya aja?"
"Tuh lo tahu jawabannya."
"Gue kasih pertanyaan dua, loh. Pertama atau ke dua?"
"Pertama, setelah kemarin gue marah-marah gak jelas di rumah, terlebih ke Bagas," ujar Rasya sedikit malas.
Rere tertawa renyah saat Rasya mengakui atas perkataan darinya. Sedangkan Rasya hanya memutar bola matanya malas.
"Re, kenapa si sama sahabat lo satu itu? Tadi di koridor gue kena imbas omelannya," ujar Doni pada Rere.
"Masalah cewek, you know what I mean, right?" Setelah itu Doni mengangguk dan mengangkat ke dua jempol tangannya. Ia tahu maksud dari Rere itu apa.
"Sabar-sabar aja ya Bagas, bakalan kena semprot mulu sama nona Rasya Abigail. Cewek kalo udah ada masalah ini, bakalan menomor satukan 'cewek selalu benar' dan lo siap-siap ngalah untuk itu." Doni mengusap punggung Bagas, seraya terkekeh.
Bagas tersenyum geli kala ucapan Doni tersebut. Menurutnya, kalau Rasya marah-marah itu, sesuatu hal yang lucu. Jadi ia akan siap untuk mengalah dalam hal apapun, demi Rasyanya.
***
Bagas, Doni, dan Farhan sedang berada di kantin bersama. Mereka duduk di tempat paling ujung. Kantin hari ini sangat ramai, benar-benar membuat mereka sumpek.
"Gila, kantin rame mulu deh, heran," ujar Doni.
"Ya iyalah dodol. Kalo sepi, noh di taman belakang sekolah atau gak rooftop." Farhan menjawab ucapan Doni.
"Karena yang laper bukan lo doang, Doni. Mereka semua juga sama," timpal Bagas.
"Salah lagi aja gue." Farhan dan Bagas pun tertawa, melihat raut wajah Doni kesal sambil memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gasya (End)
Novela Juvenil16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja tidak cukup untuk mendeskripsikan seorang Rasya. Bagas sayang terhadapnya, entah sejak kapan perasaan itu muncul. Perasaan yang diam-diam i...