Bab 42

265 7 0
                                    

Dulu dia datang, dengan membawa kebahagiaan. Juga dia pergi, dengan membawa luka.
Dan kini dia datang kembali, menggoreskan luka baru setelah luka lama itu baru sembuh.

________


Rasya dan Bagas saat ini sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka tadi kesiangan, lantaran sahabat-sahabat Bagas main tidak tahu waktu. Bayangkan saja, sejak pagi hingga malam hari pukul 21:00. Mereka seperti itu, ya, karena main PS, dan Bagas pun ikut menemaninya. Sementara Rasya yang tidak suka berisik, jadi tidak bisa tidur. Akhirnya ia memainkan ponselnya saja di dalam kamar. Entah sampai jam berapa memainkannya, yang pasti ketika bangun ia sudah mendapati Bagas tengah memeluk dirinya, juga hari sudah pagi.

Bagas yang mendapati Rasya yang matanya terpejam, kini tersenyum. Ia mengusap kepala Rasya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu kepalanya di pindahkan ke sebelah kanan, tepat di bahu Bagas sebelah kiri.

Karena terusik Rasya malah makin mengeratkan pegangannya ke tangan kiri Bagas, jadilah Bagas menyetir dengan satu tangan.

Untung saja sudah dekat di area sekolah, jika masih di jalan raya. Mungkin Bagas akan susah menyetir dalam perjalanan tadi.

Memarkirkan mobil di tempat biasa. Setelah itu Bagas segera  membangunkan Rasya dengan lembut. Jujur, ia tidak tega melihat Rasya yang masih mengantuk itu di bangunkan. Tapi jika di biarkan, akan semakin lama mereka di mobil, bahkan bisa saja mereka terlambat masuk kelas.

"Sayang, bangun. Udah sampai sekolah."

Eunghh

Rasya menggeliat dan ia mulai mengerjapkan matanya.

"Udah sampai, ya?" Bagas mengusap kepala Rasya dan mengangguk.

Rasya mulai melepas tangannya yang ada di tangan Bagas, kemudian ia mulai menguncir rambutnya agar lebih rapi.

***

"Rame banget, cuy, kantin." Doni berucap seraya terkejut dengan keadaan kantin yang begitu ramai.

"Pesen makanan yuk, Sya. Biar mereka cari tempat duduk."

"Ayo, Re."

"Kita duduk di sebelah sana, ya." Farhan menunjuk meja yang kebetulan kosong di paling ujung. Rasya dan Rere pun mengangguk saat di beritahu seperti itu.

Awshh

"Sya, lo gak apa-apa?" tanya Rere khawatir. Saat Rasya tak sengaja di tabrak oleh perempuan yang kebetulan membawa minuman berwarna hijau.

"Tolong, ya. Punya mata itu di pakai, udah tahu jalan masih lega, kok malah numpahin minuman ke temen gue." Rere kesal dengan orang di depannya.

"Heh, temen lo nya aja yang gak punya mata. Lo gak lihat tadi? Jelas-jelas temen lo yang salah, malah seolah-olah dia korban," ujar temannya yang memakai bandana merah muda.

"Udah, Re. Gak apa-apa."

"Tapi kan, Sya. Dia ud ...."

"Re, udah, ya." Rere pun akhirnya mengangguk dan segera pergi dari kantin. Bahkan ia lupa dengan apa yang di pesan tadi untuk makan bersama temannya yang lain.

Rasya dan Rere memutuskan untuk ke toilet, yang tak jauh dari kantin. Karena minuman jus alpukat tadi, sangat melekat di seragam Rasya. Bahkan ketika di bersihkan pun, malah semakin membekas, juga basah dan mengakibatkan pakaian dalam Rasya begitu nampak.

Gasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang