Aku kira pengawasan saat ujian di sekolah sini ketat.
Rupanya tidak.
Banyak sekali yang nyontek!
Memang berusaha diam-diam dari guru tapi tidak sedikit guru yang tidak peduli tentang ini. Adapun guru yang marah, bisa dengan mudah disogok oleh murid-murid.Tapi untungnya ada guru yang keras, yang bahkan saat tidak menyontekpun bisa berkata,
"Ni sekolah memang gambaran nyata ya. Kadang ada aja petugas yang ga peduli, yang terima uang buat ngelanggar. Tapi inget, ada sanksi nyata dari perbuatan itu. Kalo ada yang serius seperti saya, kalian bisa terkena hukum atau ke balik jeruji besi. Itu merepotkan, susah hidup habis itu. Plus, citizen yang baik adalah yang taat peraturan dan adil. Dan saya berharap kalian bisa jadi orang-orang kuat yang taat peraturan",
Jadi dari seburuk-buruk dan sebebas-bebasnya, masih ada peraturan dan penegaknya.
Dan guru-guru yang baik suka mengutipkan kata CEO yang sering kasih speech disini,
"Hukum tanpa kebebasan itu tirani, kebebasan tanpa hukum itu anarki"
Itu memang kalimat yang ngena, benar-benar menggambarkan bahwa keduanya harus balance.
Peraturan, kebebasan, itu harus seimbang.
Semua harus seimbang.
Pekerjaan dan istirahat.
Pengeluaran dan pendapatan.
Teman dan keluarga.Mataku jadi terbuka dan aku jadi menolak jika ada yang mau kasih contekan, benar-benar fokus ke kekuatan sendiri.
Omong-omong kenapa Matryoshka tidak mencoba membuat murid-murid ga nyontek?
Hari-hari berat dan bikin kram otak akhirnya terlewati, dan tentu saja setelah itu ada beberapa hari untuk libur.
Walaupun hanya 2 hari libur, aku mengisinya bersama ibu.
Daripada ajak pergi...
Lebih tepatnya ia mengajakku perawatan.Meni pedi, perawatan wajah agar tidak jerawat atau kusam, creambath, belanja baju.
Pokoknya semua hal-hal berbau wanita. Jujur aku senang dengan kegiatan ini, karena ini satu-satunya saat aku bisa dekat dengan ibu.
Dan saat duduk di cafe, aku ditanya oleh ibu,
"Gimana di sekolah itu? Enak?", tanya ibu mengaduk teh chamomillenya yang sudah dicampur madu, kemudian menyesapnya dengan gaya anggun.
Aku tersenyum tipis, "Enak kok"
"Kamu jadi lebih...aktif ya?"
Aku mengangkat kepala sembari menurunkan satu alis, mendenguskan, "Maksud ibu?"
"Iya", ibu mengangguk menurunkan cangkirnya, kemudian bergerak sedikit membenarkan posisi duduk tanpa bermaksud untuk memamerkan belahannya.
"Kamu jadi lebih alive gitu lho. Kan dulu kamu lesu, males ke sekolah, diem, sekarang kata Mbpak Pur kamu jarang ada di rumah", lanjutnya dengan tampang yang bahagia. Seolah-olah dia bangga sekarang aku lebih ada kehidupan.
Aku pun tersenyum dan terkekeh, "Iya. Disekolah ini...aku punya temen-temen, dan...ga ada yang bully aku. Jadi aku betah dan suka keluar kalo diajak main"
Aku memutuskan untuk menyembunyikan soal Matryoshka itu. Ibu memang tidak begitu peduli dengan kekerasan di sekolah itu, tapi menurutku, ibu bisa khawatir kalau aku sedang terjun ke sesuatu yang berbahaya.
Matryoshka terlalu berbahaya untuk diceritakan, belum lagi aku tidak tau apa dia bisa meretas handphone ibu atau tidak.
Setelah 2 hari libur itu, ibu kembali bekerja dan hilang dari keseharianku. Dan aku kembali mengenakan blazer merah dan rok pendekku.
![](https://img.wattpad.com/cover/230719047-288-k831733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATRYOSHKA
Mystery / ThrillerSekolah Rising Smartness adalah salah satu sekolah paling ngetop di negara ini. Hanya murid-murid kaya, pintar, bertalenta, atau rupawan yang bisa masuk kesini. Sialnya...aku tidak memiliki semua itu. Namun aku bisa masuk ke sekolah ini sebagai muri...