33. Jacklynn

29 9 6
                                        

Air mata tidak bisa berhenti terjatuh dari mataku. Mendengar cerita itu membuatku tau mengapa Jackie mengangkat tangannya saat ditanya tentang depresi.

Pembullian dan pengucilan memang menyakitkan, tapi diperkosa oleh ayah sendiri terasa berada di luar nalar sekali. Mengapa seorang ayah bisa sampai begitunya?

Rasanya lebih baik tidak punya ayah daripada diperlakukan seperti itu oleh seorang ayah.

Seharusnya aku mengusap punggung Jackie dan menguatkannya, tapi malah kebalikan. Malah ia yang mengusap punggungku, berkali-kali mengatakan,

"It's okay cil"

"It's not okay", balasku mengusap air mata yang tidak bisa berhenti, "Kamu digituin sama bapak dan disini aku ribut pengen bapak. Maaf ya kamu harus ngelewatin itu...dan sekarang...kamu...", mataku perlahan menuju Jackie yang sekarang wanita sepenuhnya, bukan pria cantik lagi.

Bibir berbalut warna merah itu terangkat, namun alisnya mengkerut menunjukan kebohongan senyuman itu.

"Jadi. Gimana?", tanya Jackie.
"Apanya?", tanyaku menyedot ingus.

Jackie membuka tangannya seolah ada yang seharusnya aku perhatikan, "Aku cantik?"

Ah...

"Iya. Ga pernah kepikiran kamu beneran cewe. Kiranya kamu non binary", jawabku. Jackie terkekeh anggun, "Ini Indonesia, mana boleh"

Jackie mengambil handphone yang ada di meja, kemudian merangkulku dan menyalakan kamera.

"Eh?!", tanyaku.
"Buru hapus ingusnya"

Akupun menghapus dan menatap kamera. Jackie tersenyum, mengundangku untuk senyum ke kamera juga.

Setelah itu, ia mengirimnya ke group chat kami berlima di LINE
_________________________________________
"Ga mungkin", gumam Kennth menggeleng tidak percaya dengan cerita Jackie.

Dean juga menutup mulut menahan rasa ibanya. Benny menunduk tidak tau harus apa, berat rasanya bagi kami untuk tau bahwa di team kita ada yang menyembunyikan gender.

Setelah Jackie kirim foto selfie kami, ketiga pria itu datang mendobrak pintu, mata mereka membulat melihat Jackie.

Dan sekarang...mereka kehabisan kata.

Entah karena merasa tertipu,
Atau rasa iba.

"Kita bener-bener...sorry...lu harus ngelewatin itu semua...", ucap Benny sepenuh hati. Jackie tersenyum dan mengangguk.

Tiba-tiba Dean berdiri dan memukul meja,
"INI SALAH KITA!"

"What?", aku tersentak dan langsung menoleh.

Dengan nafas berat Dean menjelaskan, "Kita kemaren maksa jawab Silvano, dan kita salah! Ini! Ini akibatnya! Jackie jadi kena!", tunjuk Dean ke Jackie yang kebingungan. Dean tiba-tiba melangkah dengan kasar lalu berlutut ke Jackie sambil menggenggam tangannya,

"Jackie oh sweet sweet Jackie, maafin kita yang bego dan impulsive ini ya! Kita bakal hajar dia gimanapun juga. Kita bakal bales apa yang Matryoshka lakuin", ucap Dean dengan sungguh-sungguh, menggeleng-geleng kepala dengan mata yang menatap Jackie lurus-lurus, "Kita janji. Buat lebih hati-hati lagi"

Itu memang sweet, dan sangat perhatian. Tapi hal itu malah membuat Jackie bingung bukan kepalang.

Jujur aku ngecringe.

Jackie mendengus, memecahkan keheningan ini dan berkata, "Gausah sorry-sorry Dean. Ini keputusan gue"

"Bohong", samber Kennth yang langsung mendapat perhatian kami, "Lu dipaksa Matryoshka kan? Karena jawabannya salah?"

MATRYOSHKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang