Malamnya, 18 : 50
Aku adalah orang yang ga suka telat, maka itu aku datang 10 menit dari seharusnya. Aku berjongkok di depan pintu besi kecil disebelah pagar besar yang biasanya dibuka di jam sekolah.
Sebenarnya di malam hari sekolah masih buka, hanya untuk pintu Selatan. Itupun hanya murid berkepentingan atau staff sekolah yang boleh masuk. Secepat mungkin harus pulang.
Matryoshka bilang bahwa pihak sekolah tidak tau ini, maka itu kami harus mengendap-endap dari utara agar tidak ketahuan satpam atau orang lewat.
Dia bilang...
"Investigasi boleh. Tapi kalo semua pihak tau, ada konsekuensinya"Sial.
Dia membuat ini sulit.
Seharusnya aku tau dari keuntungan yang ia beri pasti ada harganya.Tidak lama 4 temanku muncul, membuatku berdiri. Kita tidak berkata apapun, hanya diam menunggu pintu yang dikendalikan listrik ini terbuka.
Begitu pintu itu terbuka, kami masuk menuju ke gedung utama berbentuk hexagonal ini. Karena di dalam kami harus lebih diam, kamipun bercakap-cakap sambil berjalan menuju gedung.
"Di ruangan ini hatiku seperti rak itu", kutip Jackie berjalan disebelahku. "Iya", jawabku singkat.
"Rak disitu kosong", tambah Kennth tetap dengan topengnya. Benny yang sedikit lebih tinggi darinya menghembuskan nafas hangat disela kedinginan malam ini, "Dia merasa kosong disitu? Jadi kalo dia ngegila diluar ruangan itu dia merasa mendingan?", tanyanya sambil menggesek-gesek kedua telapak tangannya.
Aku sendiri tidak mau langsung mengambil keputusan. Mungkin saja saat ada di ruangan itu, kami mendapat clue baru. Dia bilang ada konsekuensi, maka itu harus berhati-hati.
Begitu memasuki gedung yang gelap ini, kami sering menoleh kanan kiri, awas jika ada satpam yang mengawasi. Benar ya kata mereka, sekolah di malam hari memberi kesan yang sangat berbeda. Rasanya seperti ada di gedung berhantu, bukan sekolah yang ramai dan berisik. Dibanding dengan konser malam itu, malam ini terasa lebih menegangkan, gelap, dan jujur aku takut ada yang tiba-tiba muncul di depan mata.
Kan ga lucu lagi jalan ada yang BAKEKOK
"Kalo gue liat Cecil nongol sendirian di tempat gelap begini, gue pasti jerit", bisik Dean sembari menahan tawa. Sialan! Kita jadi pengen ketawa tau! Tapi karena ga boleh berisik, kita malah terdengar seperti sesuatu yang sekarat.
Biasanya aku akan merasa tersinggung dan sakit hati kalau diledek tentang fisikku. Tapi mungkin karena aku sudah dekat dengan mereka, aku jadi menganggap ini lucu. Sekarang aku paham kenapa teman suka meledek satu sama lain, itu berupa affection.
Kami akhirnya sampai dan membuka pintu pelangi ini.
Tidak ada apa-apa yang berbeda.
Tetap sama seperti kemarin-kemarin.Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku, saat aku menoleh, jari berkutek hitam sudah menunjuk pada rak. Aku segera menoleh ke arah yang ditunjukan.
Ada yang berbeda.
Rak itu
Kemarin-kemarin rak itu kosong, tapi sekarang rak itu diisi.
19 foto, dengan ornamen di depannya. Foto korban-korban Matryoshka dengan kondisi mengenaskan. Mereka memang tidak mati, tapi mereka sekarat dan aku bisa lihat ekspresi pasrah dari wajah mereka. Ekspresi yang meminta seseorang untuk membunuhnya, mengakhiri penderitaannya.
Tapi di pojok bawah rak itu, aku bisa melihat sesuatu. Aku pun berlutut, dan menurunkan dadaku sampai nyaris menyentuh lantai. Agar lebih jelas lagi, aku menelengkan kepala, untuk melihat foto lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATRYOSHKA
Mystery / ThrillerSekolah Rising Smartness adalah salah satu sekolah paling ngetop di negara ini. Hanya murid-murid kaya, pintar, bertalenta, atau rupawan yang bisa masuk kesini. Sialnya...aku tidak memiliki semua itu. Namun aku bisa masuk ke sekolah ini sebagai muri...