Kami kembali ke rumah Dean lagi dengan kepala dipenuhi teka-teki.
Sebuah kapak? Dikubur malam-malam begini?
Mau dibilang kapak, sebenarnya ini hatchet. Sebuah kapak tapi lebih pendek dan bisa menggunakan satu tangan, berlawanan dengan kapak yang biasa menggunakan 2 tangan. Itulah perbedaannya tapi aku tidak tau bahasa indonesianya, maka itu kusebut kapak saja.
Jackie menggenggam dan memperhatikan kapak yang masih dipenuhi oleh tanah tersebut, membolak balik, meraba ujungnya, dan sesekali mengayun.
Aku menoleh ke Benny yang menahan telunjuknya, darahnya masih mengucur. Saat aku perhatikan, lukanya dalam,
"Wah, Ben, lukanya dalem tuh!", ucapku khawatir, padahal ini hanya jari. Benny terkekeh lemas, "Iya. Kayanya habis ini mau ke klinik, siapa tau harus dijahit"
Aku mengangguk setuju, kemudian beralih ke Dean yang agak terburu-buru jalannya. Mungkin karena dia ingin tau dan segera membersihkan kapak ini. Dia selalu bersemangat.
Sesampainya di rumah, Jackie mengobati luka Benny. Aku duduk di sofa membereskan rentetan nama serta piring bekas kita makan tadi. Dean dan Kennth membersihkan kapak itu diluar.
Karena terbiasa tinggal sendiri, aku jadi tidak masalah mencuci sebanyak ini. Ada orang yang menganggap ini tugas cewek. Tapi disini aku merasa yakin Dean akan ikut mencuci kalau dia tidak sedang membersihkan kapak itu. Kebersihan itu kewajiban cewe maupun cowok, jadi tidak bisa menganggap ini urusan cewek itu urusan cowo.
Aku ngoceh apa sih.
Setelah mengeringkan tangan dengan handuk yang digantung disebelah wastafel, aku kembali ke ruang tamu.
Benny sudah diplester.
"Ga serius kok, agak dalem, tapi aman", jawab Jackie yang langsung tau aku mau nanya apa. Benny yang duduk disebelahnya tersenyum,
"Cecil ini baik ya...padahal dulu gue kira lu pemalu yang bakal diem-diem aja kalo temen luka. Tapi rupanya lu khawatir and care",
Pujian Benny itu membuatku terkejut sekaligus malu. Ini pertama kalinya aku punya teman, mungkin itulah mengapa aku merasa mereka sangat berharga.
"Woi woi woi! Menarik nih!", Dean tiba-tiba mendobrak pintu dengan kapak yang sudah dibersihkan dan dikeringkan di tangannya.
Akupun duduk di antara Jackie dan Benny yang sudah bergeser menyediakan tempat.
Hatchet ini..
Gagangnya bersih, tapi bagian besinya berkarat dan...diujungnya ada silet-silet razor. Di gagangnya ada ukiran, 'Fuck rich people' yang berantakan.
"Wah! Kennth lu Matryoshkanya ya?!", ledek Dean, tapi dengan cepat Kennth menjawab,
"It's so fucking messy, bukan gue banget!"Hehe jelas.
Kennth selalu membuat karya yang rapih, tapi ukiran di gagang ini tidak."Ada razor diujung yang sebenernya udah tajem...", komentar Jackie meraba karat di besi itu.
Razor itu identik dengan self harm (melukai diri sendiri. Biasanya cutting atau ngebaret-baretin pergelangan sampe berdarah)
Dan self harm..identik dengan depresi.
"Orangnya depresi kah?", tanya Benny yang segera memahami logo itu.
Aku segera mengeluarkan note dan mencatat
Clue 5# : Depresi
Aku paham betul rasa itu. Rasa dimana kamu begitu lelah, bingung, sedih, takut, marah, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu ingin ini berakhir tapi tidak tau bagaimana sehingga tertekan. Kadang perasaan itu begitu ekstrim sampai-sampai merasa bahwa mati tidak ada bedanya dengan kehidupan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
MATRYOSHKA
Mistério / SuspenseSekolah Rising Smartness adalah salah satu sekolah paling ngetop di negara ini. Hanya murid-murid kaya, pintar, bertalenta, atau rupawan yang bisa masuk kesini. Sialnya...aku tidak memiliki semua itu. Namun aku bisa masuk ke sekolah ini sebagai muri...