Sangat, sangat, gugup.
Aku grogi
Aku takut
Aku deg-deganMemang ini pertemuan kedua kali bagiku. Tapi gimana ya..
Kali ini aku akan menyenggol ke topik yang sensitif bagi murid. Belum lagi Sylvia sudah mewanti-wanti untuk tidak terlibat ke sisi buruk mereka.
Aduhh takut disantet Silvano.
Kami berlima jalan menuju ruangan Lounge nomor 23, tapi aku rasa mereka belom ada.
Kotak di bawah gagangnya masih berwarna biru, itu artinya ruangan sudah di booking namun pembookingnya belum datang.
Belum selesai aku menghadapi kegugupanku, suara desas-desus sudah terdengar. Kamipun menoleh,
Ketiga orang ngetop itu datang. Ray datang sambil tersenyum dan tangan dibelakang, Jimmy seperti biasa senyam-senyum dengan kedua tangan di kantung, dan Silvano terlihat tidak senang dan melipat tangan.
Apa iya dialah pelakunya?
"Wow, rame juga", siul Jimmy ngeliat kita berlima. Kami malah terdiam.
"Okay, ayo kita bahas di dalem ya", senyuman Ray begitu lembut.
Aku rasa...aku suka dengannya...
_________________________________________
Lounge ini berbeda dengan Lounge yang sebelumnya.Sofanya hanya ada 2, masing-masing untuk 3 orang sehingga Benny dan Kennth terpaksa berdiri.
Duduk menghadap 3 orang yang karismatik ini memang terasa beda. Gimana ya...seperti bertemu artis.
Suara detikan jam bisa terdengar mengisi keheningan kami, sementara belum ada dari kami yang memulai pembicaraan.
Aku menyenggol Dean berharap dia mau membuka, tapi dia menggeleng sekuat mungkin.
"Wah...awkward ya. Emang enak kalo ketemu 1 1", komentar Jimmy menenggerkan lengannya di lengan sofa hijau ini.
Aku mengerjapkan mata, kita gabisa hening terus.
"Anu...begini. Maksud kami memanggil kalian kesini...karena kami mau berbicara..anu...", sial aku gugup sekali!
Bahkan Ray yang duduk diam memperhatikanku terasa sangat mencekam. Padahal dia cuma liat lho ga marah! Cecil kuatkan dirimu!
Aku sampai menggigit bibir karena tidak berani.
"Kita mau bahas soal Matryoshka", potong Kennth dengan sangat cepat.
GRAK
Jimmy dan Silvano langsung berdiri dengan kasar. Tinju mereka mengepal dan emosi yang mendalam terpampang di wajah Silvano.
"Seharusnya gua tau...", ucapnya geram dengan gigi menggertak. Berlawanan dengan Silvano yang bereaksi dengan kasar, Jimmy terlihat khawatir, memandang kami dan Ray bergantian.
Yang aku sadari senyuman Ray hilang, tapi dia tidak terlihat sedih atau marah, hanya...datar.
"Kami meminta kalian merahasiakan tapi kamilah orang-orang yang dirumorkan sedang berusaha memberantas Matryoshka", Benny berusaha menjelaskan dan meredakan ketegangan pada kami. Disela Benny menjelaskan tentang motivasi kami, perlahan Ray maju dari duduknya dan mendorong kedua temannya untuk kembali duduk, tetap dengan wajah datar. Ia mendengarkan kembali.
"Kami mau. Sangat mau...to stop this madness..maka itu kami berharap kalian punya kesaksian, informasi, dan...", mata Benny terpaku ke Ray, "Bisa membantu kami memecah misteri ini", ucapnya penuh harap.
Mata yang begitu dingin dilontarkan oleh 3 bersahabat itu. Padahal biasanya mereka itu baik, tapi mungkin Matryoshka itu sesuatu yang mereka benci, melihat sejarah Ray sebagai pembuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
MATRYOSHKA
Misterio / SuspensoSekolah Rising Smartness adalah salah satu sekolah paling ngetop di negara ini. Hanya murid-murid kaya, pintar, bertalenta, atau rupawan yang bisa masuk kesini. Sialnya...aku tidak memiliki semua itu. Namun aku bisa masuk ke sekolah ini sebagai muri...