8. Weber

47 16 3
                                    

Dean menceritakan padaku....
Bahwa beberapa hari sebelum aku masuk...

Ada yang bunuh diri

10 Agustus...

Adalah hari pembuktian bahwa sekolah ini adalah sekolah yang korup. Sekolah yang gila.

Dulu ada anak bernama Weber, kalau disini mereka mengatakan bahwa Weber ini "Bully-able".

Diam, kikuk, tidak bisa melawan, penurut...

Dia juga tidak memiliki aset apapun pada dirinya. Ia juga tergolong jelek bagi semua. Pendek, gendut, berjerawat, hidung selalu tersumpal, dan gagu. Maka itu mereka tidak peduli dengannya.

Tidak, hanya satu yang peduli dengannya.

Seorang gadis bernama Naisya. Berlawanan dengan Weber, Naisya memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, ia bisa melawan, dan selektif.

Banyak orang yang tidak mengganggunya saat Naisya ada di sekitarnya. Namun begitu Naisya pergi...

Weber akan dibully, dipaksa melakukan ini itu, disiksa secara verbal maupun fisik. Dan sesuai itu semua, ia akan diancam,

"Kalo lu kasih tau Naisya, gua sebar aib lu", ucap sang bully sebelum meninggalkannya.

Weberpun menurut, tidak berkata apapun ke Naisya. Hal itu terjadi terus menerus tanpa sepengetahuan yang lain.

Dan akhirnya, 10 Agustus pukul 9.15

Weber membolos pelajaran, namun lagi-lagi tidak ada yang sadar dengan kehadirannya. Disitulah tiba-tiba terdengar jeritan. Siswa siswi pun langsung keluar dan mencari sumber masalah itu.

Mata mereka langsung terpaku...ke atap di gedung Barat. Disana berdirilah Weber, berdiri diluar pagar pembatas, berpegangan ke besi putih itu.

Air mata terlihat membasahinya, namun ia tidak terisak atau apapun.

Dia...sudah kehilangan tekat hidupnya.

Pria itu meloncat saat melihat deretan pembullynya sudah ada, membelalakan mata dengan perlawanannya.

Mata yang tersembunyi di balik poni itu seolah mengatakan, "Aku bukan mainan kalian lagi"

Dan setelah itu, ia melepas pegangannya, membiarkan tubuhnya terhempas ke udara. Ia tidak tau bahwa dibelakangnya, ada orang yang ingin menolongnya, yang sedang menggapaikan tangannya ingin menyentuh dan menyelamatkannya.

Tapi terlambat, Weber sudah menjatuhkan dirinya. Tangannya tidak akan bisa digapai....

Dalam hitungan detik, kepala Weber menghantam tanah, membunuhnya di tempat. Pemandangan ini tidak akan bisa dilupakan bagi para pendatang di sekolah ini.

Sosok Weber yang tewas telentang di tanah dengan kepalanya yang terbuka, mengeluarkan darah dan beberapa bagian otaknya. Bibir dan hidungnya juga berdarah namun...sisi bibir itu terangkat.

Ambulan langsung didatangkan untuk membereskan ini semua. Orang tua Weber tentunya berusaha melaporkan ini ke polisi namun polisi menolak.

"Di surat perjanjian murid sekolah ini, ada tulisan yang bilang kalo ada yang bunuh diri, sekolah ga bertanggung jawab. Lucunya, yang bully pun dilepas", ucap Dean mengingat-ngingat kejadian itu.

Aku pun menjadi bingung. Memang tidak bisa melapor sekolah, tapi masih bisa melapor muridny kan?

"Ya kan? Kepikiran kan? Itu juga karena sekolah udah berbuat curang, mencegah polisi untuk ikut campur ke sekolahnya", jawab Dean lagi, seolah tau teka-teki di wajahku.

Tapi membully orang sampai bunuh diri bukanlah keuntungan bagi para pembully. Itu malah menjadi bahaya.

Polisi diluar memang dilarang.
Tapi polisi di dalam akan beraksi.

MATRYOSHKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang