24. Purple Eyes

23 8 0
                                    

Karena Jackie punya maag kita memutuskan untuk jajan dulu di kantin. Kami memakan roti-roti dan minuman kaleng untuk mengganjal perut.

Memang tidak sehat tapi kami berjalan ke Ruang OSIS sambil makan dan minum, dengan pengecualian Kennth, dia megangin makanan kita. Rasanya dia tidak akan sudi membuka topeng.

"Sylvia orangnya kaya gimana?", tanyaku sambil mengunyah roti rasa melon ala Jepang. Benny yang masih mengunyah manggut-manggut,

"Kurang tau", jeda mengunyah, "Dia sibuk di ruang OSIS terus. Tapi kalo secara reputasi dia dikenal dingin, ansos, dan apatis"

"Apatis?", tanyaku tidak paham.

"Ga pedulian gitu orangnya", jawab Jackie singkat lanjut makan curry puff.

"Iya. Dingin kan pas lu mau daftar?", tanya Dean yang udah daritadi selesai makan. Aku mengangguk, memang dingin, tapi dia sudah memperingatkanku.

Mungkin dia juga sebenarnya baik.

Tiba-tiba aku berpikir dia bukan dalang di balik ini.

Ah jangan begitu Cecil, semua itu mungkin.

Kamipun mendekati pintu coklat dengan tulisan, 'Yang tidak berkepentingan dilarang masuk'

Aku menggenggam knop itu, sebelum memutar dan menariknya
_________________________________________
Suasana elegan dan kesan vintage terpapar dari jendela yang memantulkan cahaya matahari. Gordennya yang juga berwarna ungu dipintal dengan mewahnya, bahkan perangkat teh yang disajikan di depan kami terkesan sangat mewah.

Lama-lama aku akan muntah dengan kemewahan ini.

"Saya tidak terlibat atau memiliki informasi apapun tentang Matryoshka", jawab ketua OSIS itu dengan dinginnya. Ia mengaitkan telunjuk ke gagang cangkir mungil itu, kemudian menyesapnya perlahan.

Kami yang duduk di meja OSIS terdiam menatapnya yang membelakangi cahaya. Meja panjang ini berbentuk persegi panjang, 1 bangku khusus untuk ketua, lalu 8 bangku-bangku lain yang saling berhadapan.

"Tapi saya tidak masalah jika kalian menuduhku", lanjutnya meletakan cangkir sebelum melipat tangannya di atas meja ala pebisnis serius.

"Kami perlu bukti kalau memang bukan anda", balas Benny didepanku dengan sangat sopan, padahal mereka seangkatan. Mungkin statusnya itu.

Sylvia melirik Benny,
"Saya memang ketua OSIS yang menginginkan kedamaian, tapi bukankah saya menjadi penjahat yang lebih besar semisal saya Matryoshka?", balasnya dengan cermat.

Kamipun juga memikirkan yang sama, tapi kami harus membersihkan namanya jika memang bukan dia.

"Matryoshka muncul...di hari yang sama saat saya menjadi ketua OSIS"

Diapun menceritakan, di hari itu, di hari ia pertama kali beraksi, Sylvia sedang bersama Mr. Stan, membahas masalah-masalah OSIS.

Kejadiannya setelah pulang sekolah.
Padahal dia dan Mr. Stan sedang membahas strategi agar sekolah ini tetap menjadi nomor satu, tapi tiba-tiba suara statis yang memekakan telinga terdengar dimana-mana.

Sylvia dan Mr. Stan menjadi saksi kelahiran dan kemunculan kriminal itu, tentu saja mereka terkejut dan tidak bisa berkata.

"Kenapa kalian ga berusaha nyari?", tanya Jackie yang bersandar dan duduk sembarangan. Wanita bermata ungu itu mengepalkan tinju diatas meja, menunduk mendiamkan pertanyaan itu.

"Sylvia lu tau kan berapa banyak korbannya? Kalo lu memang mau buat perubahan kenapa lu diem aja? Biar aman?", desak Dean disebelah Benny setengah marah. Kennth disebelahku ikut menoleh ke wanita tersebut, "Memang Matryoshka ga ngefek ke performa sekolah, tapi ngefek ke mental murid-murid, apa kalian OSIS ga peduli?", tanyanya dengan nada tidak kalah dingin.

MATRYOSHKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang