02 - Minggat

203 10 0
                                    

~🖤~

Suasana terasa panas melihat seorang ayah dan anak beradu mulut mengemukakan perasaan mereka masing-masing.

"Jadi betul ayah sama dia?"

Taufan menyatukan jemarinya menghadap Hendri yang sama sekali tak ingin menatapnya."Ayah juga butuh pen--"

Suara tendangan kaki Hendri pada meja di depannya mampu menguasai ruangan yang tadi hening, sampai-sampai asisten rumah tangga di rumah mereka tak ada satu pun yang berani berkutik, mereka memilih diam di dapur atau di luar rumah, mengosongi seisi ruang keluarga.

"TAPI MAMA BARU NINGGALIN KITA SATU TAHUN YANG LALU, YAH!"

Wajah Hendri berubah merah, rahangnya mengeras, urat-uratnya tangannya menonjol menampakkan dirinya benar-benar marah, Hendri beralih memberikan tatapan tak suka pada Taufan. Baru kali ini ia merasa benci sekali dengan Taufan.

"Ayah sendiri yang bilang, kalo gak ada yang bisa gantiin mama di hati ayah. Tapi apa?!"

Taufan memilih untuk diam menatap jemarinya, bukan, bukan karena dia takut pada anaknya sendiri, tapi ia tau alasan Hendri marah dengan dirinya, Taufan memilih untuk berbicara ketika dirinya dan Hendri sudah dalam keadaan tenang.

Namun, ternyata salah, diamnya malah membuat Hendri melakukan hal di luar dugaannya.

Hendri bangkit dari duduknya tanpa menoleh menatap wajahnya."Aku mau pergi."

"Mau kemana kamu Hen?!" Segat Taufan dengan nada sedikit tinggi.

Hendri memutar mata malas dan memilih untuk tetap berjalan keluar rumah tanpa memperdulikan Taufan. Hendri cepat-cepat memasuki mobil dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi.

~*~

Hendri sengaja memberhentikan mobilnya di tengah jalan yang masih ramai tempat berlalu lalang kendaraan.

Wajah Hendri masih kusut karena kejadian barusan. Hendri merogoh sakunya untuk mencari ponselnya, setelah ponselnya ditemukan, Hendri segera memencet telepon pada nomor Hiro.

Tak membutuhkan waktu lama Hiro langsung mengangkatnya."Halo, kenapa bro?"

"Gue butuh tempat tinggal."

"HAH!" Hiro memekik terkejut sebelum melanjutkan kata-katanya,"Ada apa emang? Lo berantem sama ayah lo?"

"Udah cepet, gue butuh tempat tinggal bukan tempat curhat."

Terdengar Hiro berdecak kesal mendengar balasan Hendri barusan. Mungkin jika Hendri ada di dekatnya, sudah ditonjoknya.

"Ada sih, bro. Tapi rumahnya gak sebesar rumah lo, mau?"

"Ya, gak papa, gue kan cuma sendiri."

"Ya udah, besok gue kasih kuncinya."

Hendri menautkan alisnya bingung sekaligus terkejut dengan ucapan Hiro barusan."Kok besok?"

"Gue harus bilang bokap dulu kali Hen, yang punya rumah bokap. Mana bisa main kasih-kasih aja."

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang