45 - Setuju

86 6 0
                                    

~🖤~

"Mau kemana sih?" tanya Hendri.

Awalnya Hendri tak mau saat diajak oleh kedua temannya jalan keluar malam-malam begini, lebih baik tidur menurutnya. Tapi keduanya sungguh memaksa, terlihat sangat mencurigakan.

"Kita ke puncak," jawab Hiro.

"Ke puncak?" Hendri memajukan tubuhnya menatap kedua temannya yang duduk di depan sementara dia sendiri di bangku penumpang."Ngapain?" lanjutnya.

Hiro menolehkan pandangannya ke belakang melirik Hendri sebentar lalu kembali menolehkan pandangannya ke depan.

"Udah ikut aja," balas Arul sambil mengendarai mobil milik Hendri.

Beberapa menit akhirnya mereka sampai di area puncak, Arul memarkirkan mobilnya di parkiran yang telah disediakan. Mereka bertiga pun keluar dari mobil. Ketiganya kemudian berjalan menaiki tangga yang dihiasi batu-batu kecil dan di samping kanan dan kiri terdapat hiasan ranting-ranting pohon.

Hendri terus-terusan memelas ingin pulang karena hari ini energinya cukup terkuras, ditambah dengan ini yang menurutnya membuang waktunya, entah apa yang Hiro dan Arul inginkan sampai mengajaknya ke puncak malam-malam begini.

Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di palang pintu, mereka bertiga melangkah memasuki area puncak. Tak sengaja saat mereka berbelok ke arah kiri, saat itu juga mata Hendri dan Hana bertemu, seakan terkunci mata mereka sama-sama tak berpaling sama sekali.

"Ayo Hen," seru Hiro yang sudah duduk di alas tempat Rio dan Gio tadi.

Arul berdecak melirik Hiro aneh, kemudian menepuk pundak Hendri yang masih kebingungan sambil berjalan ke tempat Hiro, Rio, dan Gio diiringi Arul di sampingnya.

"Ayo Han," ajak Oliv tersenyum tipis sambil menarik sebelah tangan Hana ikut berjalan mendekati yang lain.

"Ini maksudnya apa ya?" tanya Hana mengerutkan keningnya.

Oliv tetap diam sampai mereka berdiri di samping alas, begitu juga Hendri dan Arul yang juga masih berdiri.

"Ayo duduk," ucap Oliv menyuruh Hendri dan Arul.

Arul menarik Hendri memutar ke sebelah tempat Hana dan Oliv duduk dan kemudian mereka pun ikut duduk membiarkan Hana dan Hendri yang masih dalam posisi canggung saat bersampingan. Hana mendongakan kepalanya menatap Rio yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Rio berdehem menegakkan tubuhnya sambil menatap ke depan tempat Hana dan Hendri duduk."Ayah udah setuju kok," ucapnya.

Mata Hana dan Hendri membulat menatap Rio tak percaya."Hah, setuju? S-serius Yo?" tanya Hana lagi masih diimbangi keraguan begitu juga Hendri.

Rio mengangguk, Arul pun berdehem mengambil alih."Iya, Om Taufan kemarin ke tempat Hana terus ngobrol sama ayahnya Hana dan kabar baiknya akhirnya ayahnya Hana setuju," sambung Arul.

Hana dan Hendri tersenyum tipis walau masing-masing masih menyimpan kebingungan dan masih tak percaya dengan apa yang diucapkan mereka.

"Dan ini bagian dari rencana kami, buat diam-diam dulu kayak gak terjadi apa-apa dan bikin kejutan ini," lanjut Arul.

Hana terkekeh pelan sambil menutup wajahnya dengan tangannya, Hendri juga ikut terkekeh melirik Hana sebentar.

"Tapi ini serius kan?" tanya Hendri lagi.

"Iya serius, ngapain boongan kayak gini," jawab Hiro.

Hana mengalihkan pandangannya menatap Rio kembali dengan wajah yang masih kebingungan."Tapi kok bisa sih?"

Rio mengedikkan bahunya."Kata ayah, syaratnya itu asal kalian harus tetap ngejalanin hubungan yang sehat," balasnya.

Hana memutar matanya menatap Hendri yang duduk di sampingnya sambil menatapnya juga, Hana dan Hendri malah salah tingkah sendiri dan sama-sama tak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka.

"Ciaelah," sindir Hiro sinis saat melihat ke arah Hendri dan Hana.

"Iri bilang jomblo!" sindir Arul balik.

"Dih, kayak lo gak jomblo aja!" Hiro melirik ke arah Arul tajam lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan kesal.

Semuanya pun tertawa bersama, hingga membuat malam itu menjadi lebih indah lebih tepat bagi Hana dan Hendri yang tak perlu lagi saling menahan ingin bertemu walau rindu sudah di ujung tanduk.

~*~

Sejak kemarin Hendri akhirnya memutuskan untuk kembali meninggali rumah milik keluarga Hiro yang berada di samping rumah pacarnya itu. Hendri memberhentikan mobilnya di depan rumah Hana. Hendri keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumah Hana menjemput gadis itu untuk pergi ke suatu tempat.

Hendri melepaskan sepatunya lalu berjalan di teras menuju ke depan pintu."Permisi," serunya.

Rahma tersenyum mendekati Hendri."Ayo masuk, janjian sama Hana ya?" tanya Rahma mengiringi Hendri ke ruang tengah.

Hendri mengangguk pelan sambil tersenyum cerah, setelah mengantar Hendri ke ruang tengah Rahma pun pamit kembali ke dapur. Di ruang tengah sudah terdapat Adam yang menonton tv dan Rio yang bermain game di hpnya. Hendri menyapa mereka berdua lalu mengambil duduk di samping Adam.

"Mau kemana Hen?" tanya Adam mulai membuka suara.

"Mau ke rumah ayah om, sekalian ngajak Hana ketemuan sama ayah," jawab Hendri yang masih terlihat canggung berada di tengah-tengah Adam dan Rio.

Adam mengangguk setuju."Wah, bagus itu. Biar keluarga kita makin kenal," ucap Adam.

"Iya om," balas Hendri tanpa melunturkan senyum di wajahnya.

Adam yang waktu itu terlihat dingin dan tegas, kini berubah menjadi ramah dan melakukannya seperti orang yang sudah akrab. Hingga lama kelamaan pun Hendri jadi merasa nyaman dan rasa canggung perlahan menghilang di hadapan keluarga Hendri.

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang