38 - Berantem

82 5 0
                                    

~🖤~

Semenjak kejadian kemarin Hana bukan lagi mood booster bagi orang di sekitarnya, ia lebih banyak diam, jika mendengar cerita Rahma atau Rio ia hanya terkekeh pelan. Hana berbeda dari sebelumnya.

Hana pun belum ada berhubungan baik online maupun offline dengan Hendri, karena Hana memang belum keluar rumah sejak kemarin, selain sekolah. Jadi, sangat dikit kesempatan untuk berpapasan dengan lelaki itu.

Hana, Rio, dan Rahma melakukan kebiasaan mereka dengan berkumpul di ruang tengah sambil bercerita atau sekedar menonton bersama.

Bunyi ponsel Rahma mengalihkan pandangan mereka pada ponsel itu yang terletak di atas meja. Rahma segera mengambil ponsel dan terkejut saat melihat nama penghubung yaitu Adam, Ayah Hana dan Rio. Hana dan Rio yang melihat itu langsung berbinar dan mendekatkan diri mereka pada Rahma, sambil mendengarkan percakapan Rahma dan Adam.

"Halo, ayah?" ucap Rahma.

Terdengar suara kekehan dari Adam membuat Rahma ikut terkekeh, diiringi Hana dan Rio yang jadi ikut terkekeh juga saling bertatapan.

"Ayah, lusa pulang," ucap Adam.

Hana, Rio, dan Rahma langsung bersorak ria, akhirnya rindu mereka terbalaskan setelah enam bulan ayahnya tak bersama mereka di rumah karena sibuk bekerja di Singapore.

"Ana, Iyo, mau nitip apa?"

"Apa aja deh, yah, Ana sama Iyo kan udah gede," ucap Hana nyengir membuat Adam, Rahma, dan Rio terkekeh.

"Yaudah deh, nanti dicariin."

"Lah, Ana sama Iyo doang ni yah? Mama gak?" tanya Rahma.

"Kalo untuk mama, udah ada."

Rahma terkekeh pelan, Hana dan Rio seketika berdecih mendengar itu.

"Itu aja ya, nanti dikabarin lagi."

"Siap, ayah!" jawab mereka serentak.

Setelah Adam selesai memutuskan teleponnya, Rahma menolehkan pandangannya pada Hana dan Rio.

"Kalian, belanja ya. Nanti mama mau masak buat ayah, oke?" ucap Rahma tersenyum

Hana dan Rio langsung mengangguk semangat sebagai jawaban. Sudah sangat lama mereka tidak bertemu dengan ayah, makanya jika mereka mendengar kabar ayah akan pulang selam enam bulan sekali adalah kabar yang sangat mereka tunggu-tunggu. Kapan lagi bisa merasakannya.

~*~

Hendri, Arul, dan Hiro duduk di dekat mobil milik Hiro. Hiro dan Arul baru saja datang ke rumah Hendri untuk menanyakan kabar lelaki itu sebagai sahabat, hitung-hitung mengajak lelaki itu menghirup udara segar dengan nongkrong di halaman rumah ini, tentu saja ini adalah ide dari Hiro.

Sekalian juga mereka bertiga ingin bertukar pikiran tentang kejadian kemarin, tentang kejadian Hendri yang tiba-tiba menjadi trending di Indonesia.

"Siapa sih pelakunya?" tanya Hiro heran.

"Yang pasti, orang terdekat Hendri." Arul mengalihkan pandangannya menatap Hiro.

"Lo nuduh gue?"

"Gak, lah, ngapain?" sahut Arul sewot.

Bisa-bisanya Hiro bilang Arul menuduh ya, padahal Arul memang hanya berniat untuk menjawab pertanyaan cowok itu. Bukankah yang mengetahui rahasia ini hanya orang terdekat Hendri?

Hiro kembali mengalihkan pandangannya menatap Hendri."Hen, jangan-jangan si Han--"

"Gak usah nuduh-nuduh, gue percaya dia."

Hiro mencebik kesal, padahal belum selesai ia bicara bisa saja yang ia maksud hantu. Lagi pula, bisa saja kan yang menyebar adalah Hana, pacar Hendri, karena gadis itu adalah orang baru di hidup Hendri.

Arul yang mendengar Hiro kena marah oleh Hendri pun tertawa lepas, ia saja tidak terpikir sampai kesana untuk menuduh Hana. Entah kenapa Arul percaya Hana adalah orang yang baik, walau dulu dia sempat menentang hubungan mereka, tapi itu juga demi kebaikan mereka.

Mata mereka bertiga teralihkan saat melihat Hana menggeser pagar rumahnya, hingga mata mereka bertemu sebentar, Hana terlihat terkejut dengan keberadaan mereka yang duduk di depan seperti itu.

Saat mata Hana beralih pada Hendri beberapa detik, Hana dengan cepat memutar matanya ke arah lain, seperti tak mengenal lelaki itu. Dan kejadian itu hanya tertangkap oleh Arul, Arul melihat jelas kejanggalan antara Hana dan Hendri.

Saat Hana mulai naik ke belakang motor yang Hendri tau yang membonceng itu adalah Rio. Motor mereka mulai melesat pergi hingga tak terlihat lagi di pandangan mereka. Arul dan Hiro langsung mengalihkan pandangan mereka pada Hendri dengan ekspresi yang berbeda.

"Hen, itu Hana kan?" tanya Hiro, Hendri terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab dengan anggukan."Terus yang tadi cowok bonceng dia, siapa? Lo gak cemburu?" tanyanya lagi.

Hendri menghela napas memutar mata malas karena pertanyaan Hiro. Sementara Arul dengan cepat menoyor kepala Hiro."Itu sodaranya, ege."

Hiro meringis pelan mencebik kesal."Yaudah sih, gue kan cuma nanya. Kali aja, Hana sama Hendri berantem gitu," lanjutnya.

Arul terdiam kembali teringat dengan kejadian tadi saat mendengar ucapan Hiro, kemudian Arul mengalihkan pandangannya pada Hendri, menatap Hendri penuh hingga membuat Hendri bingung.

"Jujur aja, gue tau lo ada masalah sama Hana? Kenapa?"

~*~

Motor yang Rio kendarai berhenti tepat di depan rumah mereka. Hana kemudian turun dadi motor dan menuju ke pagar untuk membuka pagar rumahnya kembali. Hana dan Rio baru saja pulang dari berbelanja bahan masakan yang akan Rahma buatkan untuk Adam saat pria itu pulang kelak.

Rio memasukkan motornya ke garasi rumah, setelah itu Hana berpindah ke dalam lalu menutup kembali pagar rumahnya sambil sesekali melirik ke rumah Hendri, kali ini mereka sudah tak nongkrong di depan rumah, mungkin mereka sudah masuk.

Jujur saja Hana hati kecil Hana merindukan lelaki itu, tapi apalah dayanya yang harus menjauh terlebih dahulu, agar tidak kembali sakit hati.

Hana mengerutkan keningnya saat sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah Hendri, mobil itu memarkirkan dirinya tepat di belakang mobil yang sepertinya milik teman Hendri. Hingga saat dua orang pria dan wanita keluar dari dalam mobil, menampakkan diri.

"Om Taufan, Aurelia?"

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang