10 - Keluarga Hendri 2

101 8 0
                                    

~🖤~

"Ih, mas jahat banget tadi gak bantuin. Aku sampe diliatin sama keluarga mas tau gak!!!" Decak Hana kesal sembari menghentak-hentakan kakinya di tanah.

Hana dan Hendri saat ini sedang duduk di ayunan belakang rumah Nenek Jannah sembari menikmati pemandangan malam ditambah kolam berenang di depan mereka.

Hendri terkekeh pelan, ia tau betul tadi wajah Hana yang langsung memerah saat tatapan keluarganya mengarah ke gadis itu semua.

"Ya, gak papa, udah terlanjur. Gue kan juga udah bilang, buat senatural mungkin. Toh, lo emang masih SMA kan?" tanya Hendri menoleh ke arah Hana yang berada di sebelah kanannya, Hana lalu mengangguk dua kali sebagai jawaban.

"Yaudah, gak papa."

"Yah, tapi kan!!!"

Keduanya lalu sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Hana tak sengaja menolehkan kepalanya ke arah pintu belakang rumah dan Hana memastikan kembali bahwa cowok yang sedang berdiri di sana adalah benar orang yang di kenalnya.

Namun, beberapa saat kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya menikmati udara malam sambil memperhatikan air kolam.

"Hana?" panggil seseorang.

Hana dan Hendri menoleh ke samping tempat orang itu berdiri menyembulkan wajahnya untuk melihat jelas wajah Hana.

"Vito?!" seru Hana girang.

Benar saja orang yang tadi ia lihat berdiri di pintu belakang adalah Vito. Akhirnya Hana bisa menemukan orang yang ia kenal di tempat yang asing ini.

"Lo keluarga di sini?" tanya Hana langsung.

Vito mengangguk tersenyum."Iya, aku sepupunya Bang Hendri. Kak Hana sendiri, ke sini sama Bang Hendri?"

Hana menganggukan kepalanya."Iya, diajak."

Vito pun mangut-mangut tak berniat untuk bertanya lebih lagi mengenai hubungan keduanya. Toh, kalo memang Hana mau memberi tau pasti sudah diberi taunya dari awal.

"Oh, iya, kak--"

"EHEM...." Hendri berdehem nyaring membuat Hana dan Vito melirik ke arahnya, ah iya mereka berdua baru ingat kalau ada orang lain selain mereka di sini.

Padahal baru saja Vito ingin mengeluarkan suara lagi seketika terpotong oleh Hendri. Vito langsung tersenyum kikuk karena deheman Hendri, bingung harus melanjutkan bicaranya tadi atau tidak. Sementara Hana mengulum bibirnya untuk tidak tertawa, lucu saja kalau dilihat bagaimana wajah Hendri dikacangi seperti tadi.

~*~

Seluruh keluarga besar Jannah--Nenek Hendri--ditambah Hana berkumpul semua di ruang tengah sambil menonton tayangan tv, mereka baru saja melaksanakan makan malam bersama.

Di sini sudah terdapat, Nenek Jannah, cucu dari anak pertama Nenek Jannah--Hendri--dan Hana pacarnya, anak kedua Nenek Jannah--Anton--beserta istrinya--Annisa--dan dua anaknya--Alvito dan Adira--diakhiri dengan Kamala anak ketiga dan terakhir Nenek Jannah.

Yang menjadi pusat perhatian adalah Hana bukannya duduk di samping Hendri, Hana malah memilih duduk di samping Vito yang sebenarnya tak jauh dari samping kiri Hendri.

Nenek Jannah tersenyum membuat kerutan di wajahnya terlihat jelas."Vito sama, siapa namanya?" tanya Nenek Jannah berusaha mengingat sembari menunjuk Hana.

"Hana, nek?" tanya Vito.

"Iya-iya, Hana, pacarnya Hendri." Seluruh keluarga bolak-balik menatap ke arah nenek lalu ke Vito dan Hana, menunggu apa yang ingin dilontarkan nenek."Vito sama Hana, kenal?" tanyanya.

Vito mengangguk tersenyum simpul pada Nenek yang duduk tak jauh darinya."Iya, nek. Satu sekolah."

"Oh gitu, kebetulan sekali." Vito dan Hana hanya menunjukkan senyum lebar mereka pada nenek sebagai balasan.

Dari jauh Hendri melirik ke arah Vito dan Hana sejenak kemudian menghela napas gusar. Melihat itu Bibi Kamala yang duduk di sampingnya langsung terkekeh pelan."Lah, katanya cuma pura-pura?" tanya Bibi Kamala.

Hendri menautkan alisnya bingung harus menanggapi apa ucapan Bibi Kamala barusan, Bibi Kamala berdecih kesal."Iya, katanya lo--"

Tiba-tiba ucapannya terhenti karena suara nenek yang terlihat girang dan semua mata menuju ke arah pintu termasuk Hendri dan Kamala yang mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk.

"Taufan," seru Nenek Jannah tersenyum lebar ke arah Taufan dan seorang perempuan di sampingnya.

Hana menutup mulutnya yang menganga tak percaya dan matanya pun membulat sempurna saat melihat seseorang yang baru saja datang ini.

"Daddy sug--eh Om Taufan? Taufan Mahardika kan, sama Jovanka Aurelia, OMG???" ucap Hana antusias, jika saja ini bukan keluarga orang Hana pasti sudah berteriak saat ini.

Hendri mencebik sinis saat matanya dan mata Taufan bertemu, Hendri menggenggam tangannya kuat, kemuakan pada ayahnya kembali keluar saat melihat objeknya. Apalagi saat Hendri melihat wanita itu berdiri di samping ayahnya.

Hendri langsung berdiri kala Taufan dan Aurelia baru melangkahkan kakinya beberapa langkah ke ruang tengah.

Hendri menarik dengan kasar tangan Hana, mengajak gadis itu untuk ikut dengannya keluar dari rumah ini. Hana yang tak tau apa-apa cuma bisa meringis karena genggaman Hendri sangat kuat. Walau begitu Hana masih sempat menoleh ke belakang menundukkan kepalanya pada orang-orang yang berada di ruang tengah sebagai pengganti salam.

Genggaman Hendri mulai melonggar saat mereka sudah dekat dengan mobil Hendri, Hana segera menepis kuat lengannya agar terlepas dari genggaman Hendri.

"Ih, sakit!" Hanya itu yang dapat Hana keluarkan dari mulutnya saat ini, Hana memalingkan wajahnya dari Hendri sembari menatap tangannya yang terasa panas dan berkeringat.

~🖤~

P

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang