22 - Sarapan

72 7 0
                                    

~🖤~

Hendri membuka pintu rumahnya, ia baru saja balik dari rumah Hana untuk mengambil ponsel dan kunci rumah Hana, sekaligus mematikan laptop Hana yang masih menyala di atas kasur gadis itu.

Hendri terkekeh pelan saat menatap ke arah sofa di ruang tamu, awalnya Hana tadi ingin ikut Hendri pergi ke sebelah karena takut sendirian di rumah Hendri, namun Hendri menolak saat melihat mata Hana yang sudah terlihat mengantuk.

Dan benar, baru beberapa menit Hendri tinggal ke sebelah sudah tertidur saja Hana dengan posisi menyender ke punggung sofa.

Hendri menutup rapat pintu rumahnya dan menguncinya, kemudian berjalan menghampiri Hana. Hendri kembali terkekeh saat melihat wajah Hana yang terlihat sangat menggemaskan saat tidur seperti ini.

"Ternyata Hana lucu juga ya kalo diliat-liat, oh iya lupa kan dia masih bocil," gumam Hendri.

Hendri diam sebentar, lalu berjalan lebih mendekatkan lagi dirinya ke Hana. Hendri mengambil belakang leher gadis itu kemudian lutut gadis, setelah itu mengangkatnya dengan gaya bridal style menuju kamar tempat tidurnya.

Hendri meletakkan perlahan tubuh Hana di atas kasurnya agar Hana tidak terbangun."Demi lo nih, gue bakal tidur di sofa malam ini," gerutu Hendri lalu berjalan keluar kamar, kemudian merapatkan pintu kamarnya perlahan.

~*~

Hana mengeliatkan tubuhnya, matanya masih tertutup rapat tak berapa lama langsung terbuka lebar. Hana melotot ia sudah berada di atas kasur yang ia tidak tau ini kasur siapa.

"Ini kasurnya, Mas Hendri?" tanyanya setelah itu matanya kembali membulat."Jadi, tadi malam gue sama Mas Hendri, tidur bareng?!"

Hana menggeleng pelan sembari mengganti posisinya menjadi duduk, Hana menegakkan tubuhnya lalu merengek sambil mengetuk-ngetuk pelan kepalanya, masih berharap itu tidak benar jika apa yang ia pikirkan tentang ia dan Hendri yang tadi malam tidur bersama.

Hana turun perlahan dari kasur berwarna hitam, serta kamar yang juga berwarna hitam dengan sedikit tambahan warna putih di bagian sisi dinding. Hana membuka pelan pintu kamar yang tak tertutup rapat itu, lalu berjalan keluar seperti mengendap-ngendap.

Hana mendengar suara seseorang dari dapur."Itu Mas Hendri?" tanyanya lalu memberanikan diri berjalan ke arah dapur.

Yep, benar itu adalah Hendri yang sedang memasak sesuatu di kompor, saat melihat seseorang datang Hendri pun menoleh mendapatkan Hana di sana masih memakai piyama tadi malam.

Hendri tersenyum tipis dan itu mampu membuat jantung Hana berdegup lebih kencang dari biasanya hingga membuatnya salah tingkah.

"Duduk gih, gue lagi bikin nasi goreng sama telur," ucap Hendri membelakangi Hana.

Lelaki itu sudah mengenakan pakai ham dan celana jeans, dan itu menambah ketampanan lelaki itu.

"Mas Hendri bisa masak?" tanya Hana.

"Kalo dibilang bisa masak sih, ya bisa. Tapi, kalo yang dimaksud hebat masak itu sih gak."

Hendri terkekeh pelan sembari membawa dua piring ke atas meja makan. Hendri kemudian duduk tepat di depan Hana.

"Aku makan ya, mas."

Hendri mengangguk lalu memperhatikan Hana yang mulai menyendokkan nasinya, Hana yang baru saja hendak menyuapnya malah jadi salah tingkah, Hana berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupannya. Hana kembali melanjutkan menyuapkannya ke dalam mulat.

Beberapa detik kemudian mata Hana berbinar menatap Hendri."Enak loh, mas," ucap Hana sembari terus mengunyah.

Hendri yang mendengar itu hanya tersenyum."Lebay lo," balasnya lalu melanjutkan makannya.

"Ih, serius tau." Hana mendengus pelan.

"Oh iya, gue mau nongkrong tempat teman gue. Kunci rumah lo ada di atas meja ruang tamu, " ucap Hendri diberi anggukan oleh Hana."Lo kalo siang gak takut hantu kan?" tanya Hendri dengan nada mengejek.

Hana melirik tajam pada Hendri kemudian merengek sembari menghentak-hentakan kakinya. "Ih, mas, udah gak usah dibahas!"

"Iya deh, bocil, jangan nangis lagi dong." Hendri terkekeh pelan sembari berdiri untuk meletakkan piring di wastafel tempat cuci piring.

Hana yang mendengar itu langsung mencebik kesal sembari terus menghabiskan makanannya, mengabaikan Hendri yang terus-terusan mengejeknya diiringi tawa lelaki itu.

Keduanya kembali terdiam, Hana lalu mengangkat kepalanya membuat Hendri yang baru saja selesai mencuci piringnya menatap bingung ke arah Hana.

"Kenapa?" tanya Hendri.

"Hmm, aku boleh nanya sesuatu gak mas?" tanya Hana berhati-hati sambil berdiri mengangkat piringnya menuju wastafel cuci piring.

"Nanya apa emangnya?" tanya Hendri balik."Nanya aja gak papa, lo tuh udah bukan gue anggep kayak orang asing lagi, Han."

"Maksudnya?" tanya Hana sembari sibuk mencuci piringnya dengan Hendri yang berdiri di sampingnya.

"Iya, lo tuh udah gue anggep kayak adek gue sendiri."

Deg!

Seketika Hana jadi terdiam beku saat mendengar apa yang baru saja Hendri ucapkan. Jadi, selama ini hanya sebatas adik. Hana berdehem pelan.

"Gue tuh anak tunggal dan saat kenal sama lo, rasanya kayak gue punya adek." Hendri tersenyum cerah kemudian menoleh ke arah Hana yang mulai mencuci piringnya yang sudah diberi sabun.

"Lo mau nanya apa?" tanya Hendri.

"Gak mas, gak jadi." Hana memetikkan tangannya di atas wastafel agar aird di tangannya berjatuhan.

Hendri berdecak kesal lalu menarik tangan Hana membuat Hana menghadap ke arahnya dengan jarak yang terbilang cukup dekat. Hendri melepaskan tangan Hana pelan untuk menghilangkan kegugupan serta memberi jarak di antar keduanya.

"Jangan, bikin penasaran deh Han!"

Hana menghela napas pelan."Waktu itu, aku gak sengaja liat Mas Hendri sama cewek yang waktu itu aku ketemu pas lagi ngintip rumah mas."

Hendri masih memperhatikan Hana, Hana jadi gugup sendiri karena wajah Hendri sangat sulit ditebak saat ini, ekspresinya hanya datar.

"Aku gak sengaja liat mas sama dia di Zicofe, karena waktu itu aku juga ada di sana sama Rio. Aku liat mas peluk cewek itu, terus mas ninggalin dia padahal cewek itu lagi nangis dan gak lama ada cowok datangin cewek itu setelah mas pergi, jadi lah mereka pulang bareng."

Hana menundukkan kepalanya menghindari tatapan Hendri."Jadi, sebenarnya hubungan mas sama cewek itu apa sih? Cowok yang sama dia waktu itu siapa?" tanya Hana.

Hana menunggu beberapa detik, namun tak ada jawaban dari Hendri. Hana menghela napasnya, Hana mengerti mungkin Hendri masih terlalu susah untuk menjelaskan tentang ini.

"Itu aja sih yang mau aku tanyain," ucap Hana tersenyum sembari mendongakan kepalanya menatap Hendri yang masih dengan tatapan datar.

"Yaudah, aku mau pulang dulu mandi, kunci ada di atas meja ruang tamu kan?"

Hana berbalik badan kemudian berjalan untuk keluar dari dapur, namun langkahnya terhenti saat Hendri membuka suaranya.

"Dia mantan gue dan cowok yang lo liat itu tunangannya."

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang