16 - Berpisah

96 8 0
                                    

~🖤~

Hari ini anak ilmu komunikasi disibukkan dengan banyak sekali tugas oleh dosen mereka. Hendri saja sampai lupa membuka ponselnya, entah berapa banyak pesan yang mungkin tadi masuk.

Hendri berlari kecil menghampiri Arul dan Hiro yang berjalan tak jauh darinya, ia tadi sempat tertinggal karena membuang bungkus permen karet yang hendak ia makan. Mereka baru saja selesai dan sudah saatnya untuk pulang.

"Nongkrong yok we," ajak Hiro.

"Yok lah," balas Hendri dan Arul bersamaan.

"Eh tapi," ucap Hendri lagi kemudian melirik jam di tangan kirinya.

"Tapi kenapa?"

Hendri mengalihkan pandangannya pada kedua temannya."Gue harus jem--"

"Hendri?" panggil seseorang yang baru saja datang dan berdiri tepat di depan mereka.

Hendri yang tadi ingin berbicara seketika terpotong, ketiganya pun mengalihkan pandangan mereka secara bersamaan ke depan yang ternyata itu adalah Linda.

"Hm?" tanya Hendri.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu, bisa ya?"

Hendri menggelengkan kepala."Gak bisa, gue banyak urusan," balas Hendri.

"Hendri, aku mohon. Ada yang pengen aku jelasin sama kamu," pinta Linda mengambil perlahan satu tangan Hendri.

Hendri diam sejenak, ia juga tak menolak genggaman tangan Linda. Hendri memutar kepalanya pada kedua temannya meminta jawaban apakah ia harus ikut dan mendengarkan penjelasan Linda atau tidak.

Jawaban kedua temannya berbeda, Hiro mengedikkan bahunya, sementara Arul mengangguk pelan.

Hendri menghela napas berat."Oke," jawabnya membentuk senyuman di wajah Linda.

~*~

Melalui banyak pertimbangan serta paksaan dari Linda akhirnya Hendri dan Linda duduk berhadapan berdua di Zicofe, cafe yang baru buka beberapa hari lalu, terletak tepat di depan kampus mereka.

Hendri dan Linda sama-sama diam, belum ada yang membuka mulut mereka semenjak mereka duduk di sini sampai minuman yang mereka pesan datang.

Linda menyeruput coffee yang ia pesan sedikit lalu menghela napas panjang sebelum ia mengeluarkan suaranya.

"Nama dia Beni," ucap Linda mulai membuka suara.

Hendri mengerutkan keningnya bingung."Beni?"

Linda menganggukan kepalanya sembari tersenyum kecut."Dia cowok yang lo liat kemarin, namanya Beni. Dan dia adalah orang yang dijodohkan sama gue."

Hendri melotot terkejut dengan apa yang baru saja Linda ucapkan. Linda dijodohkan? Sejak kapan?

"Jadi, alasan kita putus gara-gara itu?" tanya Hendri mendapatkan anggukan dari Linda."Dijodohin sama siapa? Papa?"

Linda menggigit bibir bawahnya pelan sembari menunduk, matanya sudah dipenuhi dengan genangan air. Linda mengangguk kembali kepalanya dengan berat hati.

"M-maaf," lirih Linda.

Hendri diam menatap Linda kemudian menundukkan kepalanya, sakit yang dirasakan kemarin lalu perlahan mulai terbuka lagi, ia sendiri tak tau harus bagaimana. Hendri sendiri baru tau kalau alasan yang sebenarnya adalah begini.

Hendri mengangkat kepalanya lagi menatap Linda yang masih menunduk, rambut-rambut wanita itu berjatuhan ke depan menutupi wajahnya, bahunya mulai bergetar. Hendri tau Linda sedang menangis.

Ketika dua orang yang saling mencintai harus mengalah untuk berpisah hanya karena keegoisan orang tua mereka masing-masing.

Hendri bangkit dari duduknya berjalan melewati meja menuju tempat Linda yang berada di depannya kemudian menarik perlahan kepala serta punggung wanita itu lalu menjatuhkannya ke dalam pelukannya.

Tangis Linda makin menjadi karena perlakuan Hendri barusan. Tangan Linda mengitari punggung Hendri untuk membalas pelukan lelaki itu.

Pelukan yang sama-sama mereka rindukan satu sama lain. Tapi kali ini, terasa lebih menyakitkan.

~*~

Dari balik kaca yang tembus pandang dari luar berdiri seorang pria dengan ponsel yang berada di tangan kanannya. Pria itu menghela napas berat, mencengkram kuat ponsel yang berada di tangannya, terasa kesal saat melihat apa yang dilihat di depannya tadi.

Pria itu kemudian mengangkat ponsel di tangan kanannya, setelah itu mengetikkan sesuatu lalu mengangkatnya untuk di taruh di telinga kanannya.

"Halo, Om Malik. Ini Beni, saya tidak sengaja melihat Elinda di sebuah cafe bersama dengan Joanna Mahendri."

~*~

Setelah saling melepas rindu Hendri perlahan melepas kembali pelukannya, tersenyum tipis pada Linda sembari mengusap pelan wajah Linda yang dipenuhi air mata.

"Gue gak suka liat lo nangis, Lin."

"Tapi aku bakal senyum kalo sama kamu, Hen. Kamu mau kan balikan sama aku? Kamu mau kan memperjuangkan kita?"

Hendri tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaan Linda barusan.

"Kok diam?" tanya Linda lagi mencengkram kuat tangan kanan Hendri."Kamu mau kan?" tanya Linda memastikan.

Hendri menurunkan perlahan tangan Linda membuat senyum di wajah Linda luntur dan berubah jadi bingung saat melihat apa yang dilakukan Hendri saat ini.

"Berpisah sama lo itu berat, tapi memilih buat terus sama lo itu jauh lebih berat."

Rasanya ada sesuatu yang menusuk Linda saat ini, membuatnya lemah tak bisa mengatakan apa-apa.

Hendri tersenyum tulus sembari menghela napas lega."Gue makasih banget sama penjelasan lo barusan, penasaran yang selama ini jadi awan hitam bagi gue sekarang mulai hilang."

"Gue yakin banget, kita bisa ketemu bahagia masing-masing walaupun udah gak bersama. Makasih dan bahagia selalu," lanjut Hendri.

Lelaki itu lalu beranjak pergi meninggalkan Linda yang tak bisa lagi membendung air matanya yang tadi ia tahan, tangisnya kembali pecah setelah diam mendengarkan Hendri bicara.

~🖤~

🤧🤧🤧

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang