~🖤~
Hana berlari kecil menghampiri kamar Rio. Hana dan Rio pisah kamar sejak mereka masuk SMP, sebelumnya saat SD mereka selalu bersama tidur di kamar dan kasur yang sama. Hana mengetuk kuat pintu kamar Rio yang tertutup rapat itu.
"Apa, An?" tanya Rio walaupun tanpa melihat siapa orang dibalik pintu Rio bisa menebak siapa orang itu.
Hana menyengir sembari memutar gagang pintu untuk membuka lebar pintu kamar Rio yang tak terkunci. Hana makin memperlebar cengiran menunjukkan jejeran gigi putihnya.
Rio mengerutkan keningnya bingung dengan sikap Hana yang tiba-tiba masih dengan posisinya yang menyandar ke belakang kasur sambil memperhatikan Hana yang mendekatinya lalu duduk di sisi ranjang di samping kaki Rio yang terbujur.
"Iyo, mau jajan gak?" tanya Hana dengan mengedip-ngedipkan matanya pada Rio.
"Mau apa lo?" tanya Rio langsung, pasti ada apa-apa makanya Hana bertanya seperti itu.
"Ayo ke mini market depan, anterin gue, nanti gue jajanin lo."
Hana menggoyang-goyangkan pelan lengan Rio, berharap Rio mau menuruti permintaannya.
"Gak mau, malas," jawab Rio memiringkan ponsel di tangannya ingin melanjutkan bermain gamenya.
Hana berdecak kesal melirik Rio dengan tatapan tajam."Ih, Iyo, ayo!!" paksa Hana memposisikan dirinya berdiri lalu menarik kuat tangan Rio agar mau turun dari kasur.
"Iya Ana, iya!" desis Rio turun dari kasurnya berdiri tegak di hadapan Hana.
Hana tersenyum lebar di depan wajah Rio yang menatapnya datar."Oke, gue siap-siap dulu," ucap Hana sembari menepuk-nepuk tangan Rio.
Setelah itu Hana beranjak pergi dari kamar Rio, meninggalkan Rio yang masih diam menatap pintu kamarnya yang terbuka lebar.
"Punya sodara kayak lo aja ribet, gimana kalo nanti punya cewek."
Rio bergidik pelan, menggelengkan kepalanya pelan. Rio sendiri tak bisa membayangkan kalau nanti ia memiliki pacar, apalagi pacarnya sebelas dua belas sifatnya seperti Hana, pasti hidupnya akan berat.
~*~
Hana mengaduk dengan telaten sambil memasukkan beberapa bahan dengan hati-hati. Beberapa kali Rahma menawarkan bantuan tapi Hana tetap kukuh untuk mengerjakannya sendiri.
Rahma dan Rio sudah mengetahui maksud dari Hana yang ingin membuat brownies rasa coklat itu untuk Hendri, karena tadi Rahma yang menanyai Hana secara langsung. Rahma memilih duduk di samping Rio di depan tv sambil memakan camilan yang di belikan Hana, sementara Hana sibuk di dapur.
Rahma menolehkan pandangannya pada Rio."Iyo, kapan nyusul?" tanya Rahma membuat mata Rio membulat terkejut dengan pernyataan mamanya.
Rahma terkekeh pelan."Yah, nanti kalo Iyo sama Ana udah punya pacar masing-masing, gak ada lagi dong yang berantem-berantem di rumah. Gak ada lagi yang nemenin mama belanja," ucapnya.
"Kan masih ada Iyo, ma."
"Halah, mama yakin, gak lama lagi Iyo bakal nyusul."
Rio merubah wajah masam sembari menoleh ke arah mamanya, setelah itu keduanya pun tertawa keras.
Hana duduk di depan meja menunggu brownies masak di dalam oven. Terdengar bunyi dari oven yang menandakan bahwa brownies milik Hana sudah masak.
Hana meletakkan ponselnya kemudian berdiri sembari memasang sarung tangannya untuk mengambil browniesnya di dalam oven. Hana meletakkan brownies coklat berbentuk lingkaran itu di atas meja. Dengan hati-hati Hana mengeluarkan browniesnya dari loyang.
Hana tersenyum lebar melihat browniesnya yang hanya tinggal diberi cream sedikit di atasnya lalu diberi strawberry yang ia beli tadi di atasnya, setelah itu di potong lebih kecil lalu dimasukkan ke dalam kotak makan yang sudah ia siapkan.
"Akhirnya," ujar Hana tersenyum."Udah bisa buka cabang nih kayaknya gue."
~*~
Hana baru saja menyelesaikan mandi, hampir tiga jam ia berkutik di dapur membuat brownies. Sekarang sudah jam sebelas dan ia sudah siap mengenakan dress selutut untuk pergi ke rumah Hendri dan menyatakan perasaan.
Sebenarnya ia malu untuk menyatakan langsung maka dari itu ia sudah menyiapkan surat di bawah kotak makan yang berisi brownies, jadi kalo Hana gugup ia hanya tinggal memberikan surat itu pada Hendri, seperti yang sudah Oliv sarankan padanya.
Hana memilih untuk mengurai rambutnya lalu mengambil beberapa helai rambutnya yang dijepit ke belakang.
Hana mengambil kotak makannya yang ia letakkan di dalam kulkas, lalu berjalan siap ke rumah sebelah.
"Ma, Iyo, kalo mau browniesnya ada di kulkas," ucap Hana diberi anggukan oleh keduanya."Ana berangkat dulu ya," lanjut gadis itu.
"Iya, semangat Hana," ucap Rahma mengangkat satu tangannya yang tergenggam ke atas.
Hana terkekeh pelan lalu pergi meninggalkan pekarangan rumahnya, berjalan dengan girang penuh cinta menuju rumah Hendri. Walaupun saat ini jantung sedang tidak aman, tapi Hana tetap tak bisa menghilangkan senyum di wajahnya.
Hana menghirup oksigen cukup banyak terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu Hendri yang masih tertutup.
"Mas Hendri," panggil Hana sembari mengetuk pintu rumah Hendri.
Tak butuh waktu lama terdengar seseorang membukakan pintunya dari dalam, jantung Hana kembali berdegup kencang senyum di wajahnya masih belum hilang.
Sampai saat Hana melihat ternyata bukan Hendri yang membukakan pintu melainkan seorang wanita berdiri dengan menggunakan kemeja putih menutupi paha mulus wanita itu.
"Kenapa?" tanya wanita itu.
Jantung Hana kembali berdegup kencang, terasa ada yang menusuknya saat ini. Hana menggigit bibir bawahnya kuat, sementara matanya sudah mulai berkaca-kaca. Namun, Hana tak ingin menangis di sini, Hana memilih pergi kembali sambil terus membawa kotak makan itu bersamanya.
~🖤~
Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!
Terima kasih❤️
Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝
Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking My Neighbors Heart
RomanceHendri adalah lelaki berusia 21 tahun, merupakan anak dari seorang aktor terkenal bernama Taufan. Suatu hari ada masalah yang membuat Taufan dan Hendri bertengkar dan menyebabkan Hendri minggat dari rumah. Belum cukup sampai di sana, ternyata masala...