46 - Jadwal

72 5 0
                                    

~🖤~

Mobil Hendri berbelok memasuki pekarangan rumah yang sangat luas memanjakan mata Hana saat melihatnya, indah sekali. Hana menganga kagum sepanjang memasuki gerbang sampai mereka berhenti tepat di depan teras rumah, Hendri sampai terkekeh pelan karena ekspresi Hana yang menggemaskan.

"Gak kalah sama rumah Nenek Jannah ini mah," ucap Hana saat Hendri membukakan pintu mobilnya untuk mengajaknya masuk.

"Oh iya dong," ucap Hendri menyombongkan kemudian tersenyum manis sambil menggandeng tangan Hana masuk.

Hendri mulai memencet bel rumah itu, tak butuh waktu lama keluar seseorang dari dalam."M-mas Hendri?" ucap bibi itu terkejut.

"Silahkan masuk, mas," ucap bibirnya tersenyum senang.

Hendri mengangguk lalu menarik Hana untuk masuk ke dalam rumah dan membawa gadis itu ke ruang keluarga di rumahnya. Sudah lama sekali semenjak kepergiannya, jauh dalam lubuk hatinya sangat merindukan suasana rumah ini.

"Tunggu ya ndok, bibi panggilin Bapak Taufan." Bibi itu pergi meninggalkan Hendri dan Hana di ruang tamu dan beranjak ke lantai atas menuju ruangan Taufan.

Hana menolehkan pandangannya, di matanya Hendri terlihat sangat murung. Hana mengerti, pasti lelaki itu merasa bersalah pada Taufan selama ini karena selalu menyalahkan ayahnya dan tak pernah melihat dari sisi ayahnya selama ini.

Hana menjulurkan tangannya mengusap pelan punggung tangan milik Hendri membuat Hendri yang tadinya menunduk jadi menatap Hana dengan tatapan yang masih memperlihatkan kemurungan.

Hana langsung tersenyum tipis."Gak papa mas," ujarnya menenangkan Hendri hanya bisa mengangguk sambil tersenyum sedikit.

Seorang pria paruh baya mulai menurun tangga rumah mereka membuat Hana dan Hendri menolehkan pandangan mereka ke arah pria itu. Taufan sangat terkejut dengan kehadiran Hendri dan Hana saat ini, ia tak pernah menyangka Hendri masih ingin pulang ke rumah setelah sebelumnya bersikap seperti sangat membencinya.

Hendri dan Hana berdiri dari duduk mereka sambil memperhatikan Taufan yang mulai mendekat ke ruang keluarga. Tanpa pikir panjang Hendri langsung melangkahkan kakinya mendekati Taufan dan memberikan pelukan pada pria itu. Awalnya Taufan terkejut, namun setelahnya Taufan ikut membalas pelukan Hendri sambil mengusap pelan punggung anaknya.

"Maafin Hendri, Hendri tau Hendri salah selama ini, Hendri sadar kalau Hendri itu egois."

Hendri ingin sekali menangis tapi dengan sekuat tenaga ia coba untuk menahannya. Hana yang melihat itu jadi ikut berkaca-kaca matanya.

Taufan tersenyum tulus sambil melepaskan pelukannya dan menatap Hendri penuh."Kamu gak salah Hendri, ayah ngerti kok kenapa kamu gitu," tuturnya makin membuat Hendri tambah merasa bersalah.

Taufan mengajak Hendri kembali ke ruang keluarga dan duduk di sofa bertiga dengan Hana."Kalian apa kabar?" tanya Taufan.

Baru saja Hendri dan Hana ingin menjawabnya tiba-tiba saja terpotong dengan kehadiran bibi yang membawa nampan berisi tiga jus minuman dan beberapa cemilan. Sambil menunggu bibi menaruh minuman serta cemilannya.

"Baik om. Om gimana kabarnya?"

"Baik. Ayah gimana?"

Hendri dan Hana saling menatap sebentar karena mereka menjawab bersamaan, lalu kembali melirik Taufan yang terkekeh pelan karena kelucuan sikap kedua pasangan.

"Saya baik."

Mereka bertiga pun kembali hening karena mulai menyicipi jus mangga yang diantar oleh bibi barusan.

Hendri mendongakkan kepalanya menatap ayahnya perlahan."Makasih ya, yah, makasih karena udah mau bantuin Hendri dan akhirnya Hendri sama Hana baikan lagi."

Taufan tersenyum kecut lalu menunduk."Gak papa Hen, justru ayah minta maaf banget karena dulu terlalu egois. Tapi sekarang ayah sadar dan ayah gak mau ngulang kesalahan itu untuk kedua kalinya," balasnya.

Hendri menggeleng pelan."Itu masa lalu yah dan mungkin itu juga udah jadi jalan takdir yang ngebawa Hendri ketemu sama cewek kayak Hana."

Hana yang awalnya hanya menunduk saja mendengarkan percakapan langsung mengangkat kepalanya dengan mata membulat menatap Hendri terkejut. Hana menggigit bibir bawahnya menahan untuk tidak salah tingkah, Hendri dan Taufan yang melihat itu seketika tertawa dibuatnya.

"Pantas aja kamu mau, orang anaknya aja lucu gini," lanjut Taufan makin membuat Hana salah tingkah wajah Hana seketika memerah, Hana hanya bisa menundukkan kepalanya malu.

Hendri tersenyum cerah lalu menolehkan kepalanya kembali menatap Taufan."Ayah masih sama Aurelia?" tanya Hendri.

Taufan terdiam sebentar lalu mengangguk pelan."Iya masih," jawabnya.

Hendri mangut-mangut mengerti."Jadi kapan mau nentuin jadwalnya?" tanya Hendri lagi.

Taufan mengerutkan keningnya bingung, tak mengerti apa yang Hendri ucapkan barusan."Jadwal apa?"

"Jadwal pernikahannya ayah sama Aurelia, kan katanya mau nikah?"

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang