44 - Puncak

84 5 0
                                    

~🖤~

Mobil yang Taufan kendarai berhenti tepat di depan rumah Hana. Rumahnya terlihat sangat, mungkin karena Hana dan Rio yang masih bersekolah. Taufan mulai membuka pagar rumah mereka dan berjalan masuk ke depan pintu yang terbuka lebar.

Taufan mulai mengetuk pintunya untuk agar orang di dalamnya mengetahui kalau ada orang di luar.

"Permisi," ucap Taufan.

Terlihat wanita yang masih terlihat muda keluar mendatanginya dengan senyuman di wajahnya yang tak hilang.

"Iya, kenapa?" tanya Rahma.

"Saya Taufan, Ayah Hendri Hendri."

Taufan kemudian menyodorkan tangannya pada Rahma. Rahma terdiam sebentar, ia sedikit terkejut bagaimana bisa ia tidak menyadari bahwa pria di hadapannya ini adalah Taufan aktor terkenal itu.

Rahma pun tersadar dan menyambut tangan Taufan hangat."Saya Rahma mama Hana, ayo masuk ngobrol di dalam aja, ayahnya juga di dalam," ajak Rahma.

Taufan hanya mengangguk tersenyum sambil mengikuti arah Rahma membawanya. Ada yang Taufan herankan padahal mereka seperti biasa saja, seperti tak ada yang menghalangi hubungan Hendri dan Hana.

Mereka pun sampai di ruang tengah yang sudah terdapat Adam yang sedang membaca koran di sana. Adam melirik ke arah keduanya yang masih berdiri.

"Yah, ini Taufan, Ayah Hendri."

Adam mangut-mangut mengerti me lipat korannya lalu meletakkannya di atas meja. Adam memberi isyarat dengan tangannya mempersilakan Taufan duduk. Setelah Taufan duduk, Rahma pun beranjak pergi untuk mengambilkan minuman pada tamunya.

"Maksud kedatangan saya kesini untuk membahas tentang kelanjutan hubungan Hendri dan Hana. Saya mendengar bahwa kamu tidak setuju dengan hubungan keduanya?" tanya Taufan perlahan.

Masih dengan wajah yang sama tanpa ekspresi, Adam mengalihkan pandangannya."Iya, saya gak setuju, sebagai ayah kamu pasti mengerti apa yang saya khawatirkan tentang anak perempuan saya dengan anak kamu yang usianya terpaut lumayan jauh."

Taufan mengangguk pelan, ia kini mengerti apa yang Adam khawatirkan sehingga membuatnya tak setuju jika Hendri dan Hana memiliki hubungan.

"Saya sangat mengerti. Tapi saya rasa kalau kita ikut memperhatikan hubungan mereka, itu akan baik-baik saja."

"Maksud kamu?" tanya Adam mengerutkan keningnya tak paham dengan maksud Taufan.

Taufan mengangguk lagi sambil memajukan tubuhnya ke depan."Hana dan Hendri itu sudah besar, mereka pasti juga sudah bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dan tugas kita sebagai orang tua saat ini, hanya memperhatikan dan membimbing mereka."

"Saya yakin dengan begitu, Hendri dan Hana tetap akan menjalani hubungan yang sehat," lanjut Taufan."Jadi gak ada yang perlu dikhawatirkan, saya sebagai Ayah Hendri juga akan berjanji untuk selalu membimbing Hendri dan akan bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan."

Adam terdiam sebentar sembari mencerna semua yang dikatakan oleh Taufan. Ada sedikit kebimbangan yang dirasakan oleh Adam.

"Jadi bukannya lebih baik kita gak menghalangi mereka?" tanya Taufan.

~*~

Hana duduk merengkuk lututnya sambil memperhatikan para cowok bermain futsal dan seperti biasa Oliv duduk di sampingnya, mereka duduk lesehan tak jauh dari lapangan. Hana menselonjorkan kakinya sambil mengambil botol di samping lalu membuka tutupnya dan meminumnya.

"Han, malam ini kita bakal ke puncak loh!" ucap Oliv exited.

"Oh ya?" Hana kembali menutup botol air minumnya dan meletakkannya kembali di tempatnya semula.

Oliv berdecak sedikit, padahal ia berharap Hana akan ikut exited."Lo juga ikut, Han!"

Hana menolehkan kepalanya menatap Oliv sebentar sambil terdiam beberapa detik."Gak dulu deh," jawabnya.

Oliv meloroh mengambil tangan Hana sambil menggoyang-goyangkan tangan Hana."Ayo lah, masa iya cuma gue, Rio sama Gio doang, gak asik!"

"Please, ikut yah!" pinta Oliv penuh harap.

Hana terdiam sebentar sambil menatap kakinya sebentar, sepertinya tak ada salahnya untuk refreshing sejenak.

"Ya udah, iya," balas Hana, Oliv yang mendengar itu langsung tersenyum sumringah.

~*~

Hana berdiri mendekat ke pagar di puncak untuk melihat indahnya pemandangan malam, sementara Rio, Oliv, dan Gio duduk beralas karet yang mereka siapkan dari rumah. Hana tersenyum tipis, ia kembali mengingat saat ia diajak Hendri pergi kesini, menghabiskan waktu bersama di sana.

"Hei," sapa Oliv yang kini sudah berdiri di samping Hana."Mikirin apa?" tanya Oliv.

Hana tersenyum sambil menggelengkan kepalanya cepat."Ayo balik, mau nyemil aku," ujarnya sambil berbalik badan diikuti Oliv.

Namun pergerakannya terhenti saat melihat tiga orang cowok yang baru saja datang dari arah jalan masuk. Hana menelan ludahnya susah payah, matanya terkunci menatap lelaki yang juga sedang menatapnya itu.

"Mas Hendri?"

~🖤~

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang