04 - Mabuk

175 12 0
                                    

~🖤~

Sepanjang jalan, dari turun dari mobil hingga masuk ke dalam salah satu warung makan terdekat dan mencari tempat duduk, Hendri masih terus-terusan memegang erat pergelangan tangan Linda, seolah sosok wanita di dekatnya ini akan menghilang jauh darinya.

Setelah memesan makanan untuk masing-masing, mereka berdua hanya saling melempar tatap sambil tersenyum dengan dagu yang ditopang tangan, membuat suasana malam ini terasa lebih indah.

Seperti memiliki satu sama lain adalah hal yang paling mereka syukuri dalam skenario hidup mereka.

"Oh iya, kamu mau ngomong apa?" tanya Hendri disela-sela ia menyematkan beberapa helai rambut Linda ke belakang telinga.

Linda menggeleng pelan sembari mengambil pelan tangan kanan Hendri yang tadi sibuk mengurus rambutnya ke genggamannya.

"Nanti aja habis makan."

Hendri hanya terkekeh pelan melihat tingkah Linda yang seperti ini, ia pun mengangguk membiarkan Linda memainkan tangannya.

Setelah makanan yang mereka pesan datang, keduanya sama-sama fokus pada makanan masing-masing, hingga makanannya dilahap habis.

Hendri mengulurkan tangannya mengambil beberapa lembar tisu di depannya, kemudian diberikan setengahnya kepada Linda yang langsung menyambutnya sembari tersenyum tipis.

"Udah?" tanya Hendri yang diberi anggukan oleh Linda sebagai jawaban.

"Ayo," ajak Hendri sambil berdiri menarik lengan Linda ke genggamannya.

Mereka pun berjalan menuju mobil untuk melanjutkan perjalanan mereka, Hendri mengerutkan keningnya bingung saat Linda tiba-tiba menghentikan langkahnya padahal mereka sudah di dekat mobil Hendri.

"Kenapa, sayang?" tanya Hendri.

Linda tak menjawab, ia hanya menunduk sembari menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang meronta ingin keluar saat ini juga.

"Makasih buat semuanya ya, Hen," ucap Linda.

Tangannya perlahan melepaskan genggaman tangan Hendri, yang tentunya ditolak mentah-mentah oleh Hendri dengan langsung meraih kembali tangan Linda, Hendri masih dibuat kebingungan dengan apa yang Linda maksud.

"Maksud lo?"

Linda menutup matanya sembari menghela napas berat.

"Aku mau kita udahan," ungkap Linda.

Hendri dibuat melotot dengan apa yang Linda ucapkan malam ini, dirinya tak mengerti, ia tiba-tiba blank, pikirannya dibuat kosong setelah apa yang Linda ucapkan.

"K-kamu bercanda?" tanya Hendri gugup.

Linda tersenyum tipis kemudian memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya menatap mata Hendri, yang membuat dadanya semakin sakit.

Mata Linda sudah mulai berkaca-kaca, ia juga perlahan melepaskan genggaman tangan Hendri yang saat ini sudah tak ada penolakan lagi dari pria itu, seperti terlihat pasrah.

"Jadi ini yang mau kamu bicarain?"

Linda terdiam sebentar kemudian menganggukkan kepalanya dua kali sebagai jawaban.

"Tapi kenapa? Gue rasa hubungan kita baik-baik aja, kita baru aja saling bagi senyuman."

Linda mengangguk pelan bersamaan dengan air matanya yang jatuh."Iya, dan itu udah cukup buat aku. Aku bersyukur karena di saat kita pisah pun, kita ngelakuin sesuatu yang bahagia."

Tangis Linda pun menjadi karena menuturkan kata yang sebenarnya ia sendiri tak ingin mengatakannya.

Hendri memalingkan wajahnya tak bisa jika melihat Linda menangis seperti ini, tapi ia juga tak kuasa untuk memeluk wanita itu saat ini.

Entah wanita itu sedang bercanda atau tidak, yang jelas Hendri masih tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ia sendiri bingung harus bagaimana.

~*~

Di ruang keluarga sudah berkumpul Hana, Rio, dan Rahma--mamanya di sana. Rahma fokus menonton, sementara Hana dan Rio fokus bermain dengan ponselnya, ah tidak hanya Rio yang fokus bermain ponsel, sedangkan Hana memegang ponsel namun pikirannya ke arah lain.

Hana masih kepikiran tentang kenapa wanita yang bersama dengan tetangga barunya tadi sore menangis saat tetangga barunya itu masuk ke dalam rumah.

Kalau mereka bertengkar pun tak mungkin rasanya, karena sebelumnya mereka terlihat baik-baik saja.

Hana menggelengkan kepalanya cepat, kenapa malah dia yang dibuat pusing memikirkan masalah tentang tetangga barunya itu, tapi mengapa dirinya jadi penasaran begini.

"Paket!!"

Terdengar suara teriakan dari luar rumah Hana. Rahma dan Rio juga serempak langsung melihat ke arah Hana.

"Iya, Hana yang pesan."

Hana menurunkan kedua kakinya ke bawah, segera beranjak pergi ke luar rumah menemui kurir untuk mengambil paketnya.

Selesai mengambil paket, Hana tak langsung masuk ke dalam rumah, ia sibuk memperhatikan bungkus dari paketnya itu sembari berjalan lambat.

Hana kemudian menoleh ke belakang saat mendengar mobil berwarna putih melewati depan rumahnya.

Hana mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah, ia memilih menuju pagar untuk melihat seseorang yang baru saja keluar dari mobil yang berhenti tepat di depan rumah tetangga sebelah, alias tetangga barunya.

Hana mengerutkan keningnya saat melihat gerakan linglung dari lelaki itu.

Sampai akhirnya mata Hana membulat saat melihat lelaki itu tersungkur ke bawah saat hendak membuka pagar rumahnya.

Hana dengan gerakan cepat menaruh paketnya dan segera menghampiri lelaki yang tak ada tanda untuk bangkit.

Hana mencium jelas bau dari lelaki yang merupakan tentangga barunya itu saat dirinya membantu lelaki itu bangkit, Hana sangat yakin bahwa tetangganya ini baru saja mabuk.

Hana dibuat terdiam saat membantu lelaki itu bangkit. Sambil fokus menatap netra matanya yang juga sedang menatapnya penuh.

"Gimana bisa dia bilang kata makasih untuk sebuah perpisahan?"

~🖤~

Hendri sama Linda itu couple goals banget, but gak ada restu dari ayahnya:(

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang