09 - Keluarga Hendri

105 6 0
                                    

~🖤~

Mobil yang mereka kendarai berhenti di garasi rumah Jannah--Nenek Hendri.

Hana sampai dibuat terperangah, terkejut, terkagum dengan luasnya halaman rumah milik Nenek Hendri ini.

"Wah, kayak lapangan sekolah ini halamannya."

Mulut Hana menganga dengan mata yang berbinar masih dibuat kagum dengan halaman rumahnya. Sampai Hana harus membolak-balikkan tubuhnya yang masih memakai seatbelt hanya untuk memperhatikan halamannya lebih leluasa.

"Lebay," ucap Hendri melepas seatbeltnya.

Hana mencebik kesal sembari ikut melepas seatbeltnya.

"Mas Hendri ternyata orang kaya, ya?" tanya Hana memastikan tanpa menoleh karena ia masih sibuk memperbaiki penampilannya.

"Menurut lo?" tanya Hendri balik kali ini ia memperhatikan Hana sembari menunggu gadis itu mempersiapkan dirinya, padahal tidak ada yang perlu disiapkan lagi, Hana sudah cantik menurut Hendri.

Hana menganggukan kepala menoleh ke arah Hendri yang menatapnya membuat Hana berdehem sedikit salah tingkah diperhatikan seperti itu.

"Iya," jawab Hana.

"Yaudah."

Setelah itu Hana dan Hendri pun bersamaan keluar dari mobil, Hendri memutari mobil untuk menghampiri Hana.

Hendri lalu menyodorkan tangannya pada Hana, membuat gadis itu menatapnya bingung. "Apanya?" tanya Hana tak mengerti.

Hendri menghela napas berat, lalu kemudian mengambil tangan Hana tanpa persetujuan gadis itu Hendri lalu menggenggamnya.

Hana awalnya terkejut, lalu menetralkan wajahnya, ia baru ingat kalau dia kesini sebagai pacar pura-pura Hendri.

"Oh, ngomong dong!" Hana membalas menggenggam tangan Hendri.

"Ayo," ajak Hana semangat, padahal dia sendiri tak tau arah pintu masuknya berada dimana, pasalnya rumah ini sangat besar, Hana sendiri jadi pusing.

Setelah dibawa Hendri berjalan cukup jauh untuk menuju pintu, tidak terlalu jauh juga sih, akhirnya mereka pun sudah berada di depan pintu yang terbuka lebar saat ini.

Hana dibuat berdegup karena keluarga Hendri, yang Hana memang belum mengenalnya bahkan bertemu sekalipun.

Hendri menoleh ke arah Hana, ia tau Hana gugup karena genggaman gadis itu menguat saat mereka selesai melepas sepatu dan memasuki pintu masuk.

"Gak papa, Hana. Buat senatural mungkin aja kayak kita emang beneran pacaran," bisik Hendri pelan namun masih bisa didengar jelas di telinga Hana.

"Hai," sapa seorang wanita yang tadi berdiri sambil berbincang dengan yang lain.

Saat melihat Hendri datang wanita itu langsung meletakkan gelas minumannya di atas meja dan menghampiri Hendri dan Hana yang belum jauh dari pintu basuk.

Hendri mencebik kesal. Melihat itu wanita berumur sekitar tiga puluhan ke atas itu seketika tertawa. Ia kini berdiri di depan Hendri dan Hana yang masih belum juga melepaskan genggaman tangan mereka.

"Hai, pacarnya Hendri ya?" tanya wanita itu, Hana hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Kenalin, aku Kamala, bibinya Hendri," jawab Kamala mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Hana.

"Bentar biar aku tebak, kamu Linda kan?" tanya Kamala, membuat Hana melotot bingung.

Hendri langsung menutup mata, pusing dengan ini semua, bisa-bisanya bibinya satu ini masih bilang Linda, padahal kan Hendri sudah bilang ia sudah putus dengan wanita itu. Apa Kamala kira Hendri mau mengikuti ide gilanya kemarin?

"Bukan bi, dia Hana."

"Lah terus Linda siapa?"

"Ya gak tau, gue sama Linda kan udah putus."

"Terus ini kamu bawa anak siapa, Hendri?" tanya Kamala menatap Hana menyelidik tanpa melepaskan jabatan tangan keduanya.

"Udah deh bi, nanti Hendri jelasin. Semua ini kan gara-gara bibi juga! Jadi mending iyain aja," jawab Hendri kesal lalu kembali menggenggam tangan Hana menjauhi Bibi Kamala.

Bibi Kamala mencebik kesal, padahal kan ia hanya bertanya, takut Hendri membawa cewek sembarangan.

Sementara Hana yang memang dari awal sudah blank hanya mengikuti saja apa yang Hendri suruh.

Kini mereka berjalan menuju ruang tengah tempat keluarganya Hendri berkumpul diikuti Kamala yang membuntuti Hendri dan Hana dari belakang.

Hendri melepas genggaman tangan Hana dan tersenyum hangat mendekati neneknya yang sedang duduk di sofa bersama yang lain. Hendri menyalimi neneknya. Satu tangan neneknya mengelus puncak kepala Hendri.

"Duh, cucu nenek satu ini, akhirnya datang juga." Nenek memegang kedua tangan Hendri yang masih dalam posisi berdiri di hadapannya.

"Eh, pacar kamu mana? Kata Bibi Kamala kamu ingin bawa pacar?" celetuk neneknya.

Hendri mengulum bibirnya masih ada rasa kesal saat dengan bibinya satu itu. Hendri kemudian tersenyum sembari menoleh ke arah Hana dan Kamala yang berdiri berdampingan di belakang tak jauh dari Hendri dan neneknya.

Hendri lalu melambaikan tangannya menyuruh Hana mendekat, senyum Jannah makin melebar saat melihat paras Hana yang memang cantik.

Sebelumnya Hendri melirik sedikit ke arah Bibi Kamala dengan santainya bibinya itu memberikan cengiran seperti tak terjadi apa-apa.

"Eh, cantik sekali kamu, namanya siapa?" tanya Jannah mengambil satu tangan milik Hana.

"Hana, nek." Hana tersenyum manis pada Jannah.

"Hana, sekolah? Kuliah? Satu jurusan sama Hendri?"

"Saya masih SMA, kelas sebelas, nek."

Hana menggigit bibir bawahnya, apa ia salah bicara?

Hana jadi canggung karena semua keluarga Hendri yang berada di ruang tengah menatap kaget ke arahnya. Hana sendiri sebenarnya memang bingung harus menjawab jujur atau tidak, Hendri juga tidak bersuara untuk membantunya.

Akhirnya Hana hanya bisa memasang senyum lebar untuk mencairkan suasana di ruang keluarga ini.

~🖤~

Assalamualaikum🙏🏻

Btw, TMNH bakal update, InsyaAllah setiap hari jam 6 wib. Oghey!!

Terima kasih❤️

Jangan lupa vote dan comment bestieeee🐝

Follow ig-ku juga yaaa @anelelilac

Taking My Neighbors Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang